infeksi nosokomial

. Jumat, 21 November 2008
0 komentar


BERITA - penyakit.infogue.com - JAKARTA, RABU - Untuk menjamin keselamatan pasien di rumah sakit, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT MRK Diagnostic meluncurkan program NICE (No Infection Campaign and Education). Program ini dirancang untuk mengubah perilaku petugas kesehatan di seratus rumah sakit selama Juni 2008 sampai Oktober 2009.

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Farid W Husain, pada peluncuran program NICE sekaligus seminar yang diikuti sekitar 150 peserta dari Depkes, berbagai rumah sakit dan laboratorium klinik , Rabu (4/6), di Hotel Four Season, Jakarta, menyambut baik program NICE yang bertujuan memberi informasi dan kesadaran bagi semua staf di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain tentang bahaya dan risiko infeksi yang didapat di RS sekaligus untuk memperoleh data kejadiannya di RS.

Infeksi yang diperoleh saat berada di rumah sakit (Health Care Associat ed Infection atau HAI) merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Meski sejumlah kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama. Hal ini mengakibatkan pasien harus membayar lebih mahal, ujar Farid.

Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Saat ini, infeksi nosokomial di rumah sakit di seluruh dunia lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap.

Sejauh ini, Depkes telah memiliki program patient safety (keselamatan pasien). Salah satu pilar menuju keselamatan pasien adalah revitalisasi program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS). Melalui program ini, diharapkan infeksi nosokomial (infeksi yan g didapat dan atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit), dapat ditekan serendah mungkin. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat menerima pelayanan kesehatan secara optimal.

Depkes juga memiliki kebijakan nasional dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 mengenai pedoman manajerial PPI di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta Keputusan Menkes Nomor 381 Tahun 2007 tentang pedoman PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain. Ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk memberi layanan bermutu pada masyarakat agar tiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain dapat menjalankan program pencegahan dan pengendalian infeksi, katanya. (EVY)

Read More......

infeksi nosokomial

.
0 komentar



Pencegahan infeksi di ICU

Melakukan perawatan pada pasien sakit berat menjadi lebih komplek yang disebabkan oleh :

* kemampuan perawatan khusus yang meningkat sehingga dimungkinkan tindakan yang agresif pada pengobatan dan pembedahan.
* tindakan bedah yang lebih banyak menggunakan alat dalam terapi dan monitoring dibandingkan masa lalu.
* penggunaan obat - obatan yang yang dapat menurunkan kekebalan tubuh pada pasien kanker dan tranplantasi.

infeksi nosokomial menjadi penyebab kematian utama di kebanyakan unit perawatan khusus. Dibeberapa negara Eropa dan Amerika,infeksi nosokomial berkisar 1% sedangkan di beberapa tempat di Asia, Amerika Latin, dan Sub- Sahara Afrika mencapai 4%.

Survey yang dilakukan oleh WHO pada tahun 1987 di Eropa, Mediterania timur, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat, ditemukan 8,7% dari seluruh pasien dirumah sakit menderita infeksi nosokomial. akibatnya 1,4 jt pasien di dunia terkena infeksi yang didapat di rumah sakit.

Angka kejadian ini belum mencerminkan keadaan saat sekarang, hal ini disebabkan pandemik HIV/AIDS baru saja di mulai. Adakalanya kita lupa apa itu Infeksi Nosokomial, disini dapat dijelaskan bahwa infeksi nosokomial merupakan infeksi yang di dapat selama pasien dirawat dirumah sakit.

kriteria infeksi yang didapat di rumah sakit :

* pada waktumasuk rumah sakit tidak terdapat tanda - tanda klinik adanya infeksi tersebut.
* pada waktu penderita di rawat di rumah sakit tidak dalam masa inkubasi kuman penyebab infeksi sebelumnya.
* sekurang - kurangnya 3 x 24 jam tanda infeksi tersebut baru muncul.
* infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.

dampak dari infeksi nosokomial adalah cost yang sangat mahal yang harus dipikul oleh pasien, ini disebabkan bakteri yang telah beresistensi ganda dan tidak beresponsif terhadap pengobatan biasa. pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup, dinegara berkembang biaya yang akan di dukung oleh asuransi kesehatan juga akan berkurang pada pasien yang lama perawatannya disebabkan oleh infeksi nosokomial.

pencegahan infeksi nosokomial

sebagian infeksi ini seharusnya dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia dan mematuhi protokol yang telah dibuat oleh masing - masing institusi, seperti :

* mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan ,terutama kebersihan tangan serta memakai sarung tangan. pencegahan seperti ini yang sering terlupakan oleh perawat dan profesi lainnya. biasanya mereka mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan sering lupa mencuci tangan sebelum ke pasien.
* memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermamfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan & benda kotor, di ikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
* selalu memperhatikan tehnik asepsis sewaktu melakukan tindakan yang bersifat invasif seperti : Suction endotracheal, melakukan penyuntikan obat - obat pada akes perifer maupun vena central, pemasangan kateter urin,dll.

seandainya infeksi nosokomial dapat dicegah dan diturunkan ini merupakan keuntungan yang sangat besar pada pasien karena pasien tidak perlu membeli antibiotik yang mahal harganya. Dipihak rumah sakit, dapat menghemat dana operasional atau dialihkan ketempat yang lebih membutuhkannya.

Read More......

penyakit jantung

.
0 komentar



Jantung merupakan organ yang penting bagi kehidupan manusia. Dalam semenit jantung dapat berdenyut sebanyak delapan puluh kali dan sepanjang hidup kita jantung akan terus bekerja tanpa henti. Istirahat bagi jantung hanya diantara sela sela denyutnya saja. Dalam semenit jantung dapat bekerja memompa 2 liter darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke seluruh organ penting tubuh seperti otak, paru-paru, hati, ginjal dan masih banyak lagi.

Jantung diperdarahi sendiri oleh dua pembuluh nadi utama. Pembuluh nadi yang memperdarahi jantung disebut pembuluh darah koroner.jika terjadi penyempitan dan atau sumbatan pada pembuluh koroner akan mengakibatkan gangguan pada fungsi jantung. Hal inilah yang disebut sebagai penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit Jantung Koroner terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis* yang merupakan suatu kelainan degeneratif, meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena kelainan degeneratif, maka dengan usia harapan hidup Indonesia yang makin bertambah, jelas bahwa insidensinya akan makin meningkat. Selain itu seringnya ia menyebabkan kematian mendadak dan menyerang usia produktif maka PJK menjadi suatu penyakit yang penting.

Menurut survey kesehatan rumah tangga(SKRT) tahun 1992 penyakit jantung telah menjadi penyebab kematian no 1 di Indonesia. Hal ini menunjukan perkembangan yang signifikan dimana pada SKRT 1972 penyakit jantung masih menempati urutan ke11 dan SKRT 1986 sudah menduduki urutan ke 3.1

Selain faktor kependudukan yang mempengaruhi meningkatnya penyakit jantung dan pembuluh darah juga adalah faktor berubahnya masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Hal ini terutama terlihat di kota-kota besar dimana tingkat stres meninggi berubahnya kebiasaan hidup seperti kurang gerak serta berubahnya pola makan ke arah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok dll.

Apabila tidak terdeteksi dini dan ditangani secepatnya, penyakit jantung koroner dapat berakhir dengan kematian atau kecacatan tubuh. Hal ini jelas merupakan suatu hal yang merugikan. Oleh karena itu penulis mengajak pembaca untuk dapat mengenal gejala awal penyakit jantung koroner sehingga dapat memeriksakan diri dan mendapat pengobatan secara dini serta mencegah berlanjutnya penyakit menjadi lebih parah.

Gejala awal penyakit jantung koroner dapat saja ringan seperti Dispneu (nyeri saat bernafas), nyeri dada, pingsan, berdebar debar, letih, sianosis.2 Jika kerusakan pada jantung masih sangat minimal maka sering juga tidak ada gejala sama sekali. Maka dalam hal ini diperlukan pemeriksaan labolaterium yang telitiagar dapat mendeteksi lebih dini dan akurat.

Dispneu merupakan perasaan nyeri atau tidak enak saat bernafas normal. Dispneu harus dibedakan dari sesak nafas. Pada sesak nafas penyebabnya adalah menyempitnya bronkus dan trakhea (saluran udara dalam paru-paru) sehinggga menyulitkan penderita unutk bernafas. Sedangkan pada dispneu tidak ada hambatan pada aliran nafas hanya saja saat menarik nafas dada akan terasa sakit. Hal ini disebabkan pada saat menarik nafas tekanan udara dalam dada meninggi sehingga menekan pembuluh koroner.

Normalnya pada pembuluh koroner yang tidak mengalami penyempitan aliran darah tetap lancar namun pada pembuluh koroner yang telah mengalami penyempitan, aliran darah yang membawa oksigen ke jantung terganggu dan rasa sakit merupakan manifestasi dari kerusakan otot jantung yang kekurangan oksigen.

Rasa nyeri dada pada PJK khas, dimana dada dirasa seperti ditusuk tusuk dan seringkali nyerinya dapat merambat dari dada naik ke bahu sampai ke lengan kanan atas. Keadaan ini disebut sebagai nyeri alih. Hal ini dikarenakan daerah ini dipersarafi oleh serabut saraf yang sama. Pada umumnya nyeri dada mulai terasa bila penyempitan pembuluh darah telah lebih dari 50%.3

Read More......

infeksi nosokomial

.
0 komentar



INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Beberapa kejadian Infeksi Nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit.


Penyebab Infeksi Nosokomial akan menjadi kuman yang berada dilingkungan Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman Endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkaan bahwa kejadian Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya dapat juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah.


Untuk menunjang hal tersebut diatas pelaporan Infeksi Nosokomial dari RS sangat dibutuhkan untuk mengetahui & memperoleh data-data tentang Infeksi Nosokomial, mengingat keadaan tersebut memerlukan penanganan. Dari hasil pengolahan data Infeksi Nosokomial RS yang sudah melapor, dapat disajikan pada Tabel 4.6.1.

Pada Tabel 4.6.1 dapat dilihat bahwa jumlah Infeksi Nosokomial pada tahun 2004 terdapat di Rumah Sakit Umum lebih tinggi dibanding dengan Rumah Sakit Khusus,hal ini disebabkan karena jumlah pasien yang beresiko juga lebih tinggi, yaitu 2.590 pasien dari 282.388 pasien beresiko (93,4%),sedangkan di Rumah Sakit Khusus jumlah Infeksi Nosokomial 182 pasien dari 18.470 pasien beresiko (6,6%).

Pada Tabel 4.6.2 terlihat bahwa prosentase Infeksi Nosokomial yang tertinggi pada tahun 2004 terdapat di Propinsi Lampung dengan jumlah 150 pasien dari jumlah pasien yang beresiko 3.512 (4,3%) sedangkan di Propinsi Sumatera Selatan Infeksi Nosokomial tidak ada (0%) pasien dari jumlah pasien yang beresiko 5.013 (0%).

Pada Tabel 4.6.3 terlihat bahwa prosentase Infeksi Nosokomial yang tertinggi pada tahun 2004 adalah Phlebitis dengan jumlah 2.168 pasien dari jumlah pasien yang beresiko 124.733 (1,7%) sedangkan jenis lain-lain Infeksi Nosokomial tidak ada (0%) meskipun jumlah pasien beresiko cukup tinggi yaitu 5.765 (0%).

Dari Tabel 4.6.4 terlihat bahwa Infeksi Nosokomial yang tertinggi pada tahun 2004 terdapat pada Rumah Sakit Depkes Pemda dengan jumlah 1.527 pasien dari jumlah pasien beresiko 160.417 ( 55.1% ), pada Rumah Sakit Swasta jumlah Infeksi Nosokomial 991 Pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35.8%), pada Rumah Sakit ABRI jumlah Infeksi Nosokomial 254 pasien dari jumlah pasien beresiko 1.672 (9.1%) sedangkan pada Rumah Sakit Departemen Lain Infeksi Nosokomial tidak ada (0%) meskipun pasien beresiko cukup tinggi yaitu 8.722.

Dari Tabel 4.6.5 dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 Infeksi Nosokomial tertinggi terdapat di RS Umum sama dengan yang terdapat di Rumah Sakit Khusus yaitu dengan jenis lain (yang tidak terdapat di form) dengan jumlah 2.105 pasien dari 121.356 pasien beresiko (1.7%), sedangkan di Rumah Sakit Khusus terdapat infeksi nosokomial sejumlah 63 pasien dari 3.377 pasien yang beresiko (1.9%).

Read More......

surveilance kesmas

.
0 komentar


kesehatan Masyarakat

Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan

Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.

Definisi ini mengandung aspek kedokteran pencegahan yang menyangkut praktek dokter yang berkaitan dengan individu/perorangan, dan petugas kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan sekelompok individu atau masyarakat.

Dari definisi ini dikembangkan pengertian kedokteran pencegahan/preventive medicine. Kedokteran pencegahan adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi, untuk berbagai kelompok dan masyarakat oleh petugas kesehatan masyarakat, untuk perorangan dan keluarga oleh dokter umum dan dokter gigi melalui proses kegiatan perorangan dan masyarakat.

Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.

Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.

Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.

Pencegahan tersier
Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.

Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)

Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.

Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.

Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.

Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.

Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan dokter dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.

Gambar 3. Empat tahapan kegiatan kesehatan masyarakat

Masalah Response

Sumber: Rossenberg, Mercy and Annest, 1998

Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan juga mengalami perkembangan. Beberapa perkembangan ilmu kesehatan masyarakat pada dekade terakhir ini (Wallace, 1998) ialah:

1) Peningkatan praktek manajemen pada pencegahan dan pelayanan kesehatan.

Ini ditandai dengan perhatian ahli kesehatan masyarakat pada standar pelayanan yang memperhatikan teknik peningkatan kualitas, pengukuran hasil/output dan outcome/dampak kegiatan kesehatan masyarakat.

2) Perluasan definisi dari populasi dan kelompok.

Pada umumnya populasi/penduduk yang merupakan target dari sasaran program kesehatan masyarakat, biasa di definisikan dalam bentuk wilayah geografis Pada saat ini definisi itu tidak hanya menyangkut geografis/wilayah akan tetapi juga menyangkut administratif atau kelompok misalnya pekerja, pemulung, profesional muda dan lain-lain. Akibatnya terbuka kesempatan yang luas untuk melakukan kemitraan antara pelbagai organisasi kesehatan masyarakat pemerintah maupun swasta. Dalam melakukan kegiatan kesehatan masyarakat dipelbagai setting.

3) Peningkatan dan penajaman definisi dan pengukuran status kesehatan.

Sepuluh tahun terakhir ini terjadi perkembangan yang pesat tentang cara mengukur kualitas kehidupan (Quality of Life) sebagai salah satu ukuran kesehatan, ukuran itu antara lain DALY (Disability Adjusted Life Year) yang mengukur beban penyakit yang dinyatakan dalam bentuk tahun kehidupan yang hilang karena kematian dan tahun kehidupan dengan cacat yang dikaitkan dengan derajad cacat yang di derita. Satu DALY adalah hilangnya satu tahun kehidupan yang sehat. Ukuran ini ikut berkontribusi terhadap pengertian akan status kesehatan dan upaya mencapai status kesehatan yang optimal. (WHO, 1999)

4) Peningkatan cara melakukan interpretasi ilmiah yang relevan terhadap program kesehatan masyarakat.

Peningkatan untuk melakukan interpretasi ilmiah atas praktek pencegahan dan penanggulangan dengan menggunakan fakta/evidence. Hal ini sejalan dengan perkembangan “evidence based-medicine“ (Kedokteran yang berdasarkan fakta, (Maynard, 1996, Sackett et al, 1996, Geyman 1998), sehingga mulai dikembangkan metode analisa yang dikenal dengan “evidence based public health“ atau kesehatan masyarakat yang berbasiskan fakta. (Kington, 1998)

5) Penekanan terhadap ukuran outcome/dampak.

Perkembangan kesehatan masyarakat berdasarkan fakta/evidence based practice mendorong lebih lanjut pada orientasi pada indikator dampak kesehatan masyarakat. Ini terutama untuk menilai dan melihat akibat dari suatu program kesehatan masyarakat, kalau pada masa lampau orientasi ditujukan pada proses/pelaksanaan dan hasil program, maka saat ini ada kecenderungan untuk menilai dampak dari program kesehatan masyarakat yang berarti memperhatikan dan mengukur secara keseluruhan keadaan masyarakat atau populasinya serta faktor faktor yang mempengaruhi secara makro.

6) Penekanan akan peran sentral dari masyarakat sebagai penentu peningkatan status kesehatan.

Kecenderungan untuk mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dalam menetapkan tujuan upaya kesehatan masyarakat di tingkat lokal. Pendekatan ini mengutamakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas lokal untuk diatasi dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Contoh hal ini adalah pendekatan primary health care dan gerakan kota sehat yang dilakukan di pelbagai kota dan di pelbagai negara. (WHO, 1989, Harpham and Werna, 1996)

7) Aplikasi informasi kesehatan masyarakat.

Kemajuan teknologi informasi, sistem informasi dan globalisasi, mengakibatkan terjadinya peningkatan informasi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu adanya informasi yang akurat, menyeluruh dan tepat waktu merupakan faktor penting yang menjadi syarat untuk menetapkan tujuan kegiatan dan monitoring program. Informasi klinis dan kesehatan masyarakat yang acapkali saling berkaitan menjadi amat penting dan dibutuhkan dan lebih mudah diperoleh pada masa kini akan tetapi faktor kerahasiaan pribadi dan etika serta siapa yang dapat menjangkau informasi perlu mendapat perhatian. Berkaitan dengan hal itu aspek etika pelayanan dan pengumpulan informasi menjadi salah satu perhatian ahli kesehatan masyarakat. Dalam kaitan itu berkembang perhatian terhadap etika dalam kesehatan masyarakat (ethics in public health, Last, 1998, Coughlin and Beauchamp, 1996) dan informatika kesehatan masyarakat (Public Health Informatica), yang didefinisikan sebagai aplikasi ilmu pengetahuan informatika dan teknologi informasi pada praktek dan penelitian kesehatan masyarakat. (WHO, 1998, Friede and Carrol, 1998). Informatika kesehatan masyarakat berkembang amat pesat sejalan dengan perkembangan teknologi informasi terutama internet dan timbulnya penyakit emerging dan re-emerging seperti misalnya wabah kolera di Bengal India yang menyebar ke kawasan Asia Selatan dan Tenggara, Penyakit mad-cow yang menyerang ternak di Inggris dan dikuatirkan menyebar keseluruh Eropa, penyakit jantung yang disebabkan coxsackie virus di Sarawak dan penyakit lainnya yang dikuatirkan dengan cepat menular ke bagian lain di dunia, karena transportasi dan perpindahan penduduk.
8) Perhatian akan pentingnya kesehatan internasional.

Timbulnya penyakit emerging dan re-emerging, serta dampak kesehatan dari praktek perdagangan Internasional (World Trade Organization dan GATT). Meningkatkan kesadaran akan pentingnya upaya kesehatan internasional sebab kesehatan suatu negara juga dipengaruhi kesehatan negara lain, masalah sebagai berikut ini di sadari masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya oleh badan kesehatan Internasional seperti WHO, UNICEF dan lain-lain dengan kerjasama masing-masing negara: (Frenk, 1997)
Surveillance and kontrol penyakit yang menjadi ancaman regional dan global.
Peningkatan pengembangan penelitian serta teknologi masalah kesehatan global termasuk mekanisme pertukaran informasi.
Pengembangan standar dan norma sertifikasi internasional.
Perlindungan terhadap pengungsi internasional.
Dampak perjanjian kerja sama perdagangan internasional dan pengiriman bahan berbahaya bagi lingkungan dan manusia serta dampak dari teknologi medis.

Read More......

sejarah epidemiologi

.
0 komentar



SEJARAH EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut

Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska.

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.

Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit

2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik

3. Penularan penyakit

4. Eksprimen pada manusia

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :

1. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

1. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

1. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.



Referensi :

1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006



Referensi kaitan

Indan Entjang ( 1979 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Penerbit Alumni

Azrul Azwar ( 1999 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.

Bhisma Murti ( 2003 ). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Read More......

pengertian epidemiologi

.
0 komentar


PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

1. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT ASAL KATA

Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK.

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :

“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).

Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.



2. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT PENDAPAT PARA AHLI

Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi,

beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 )

Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.

Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

2. Brian Mac Mahon ( 1970 )

Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.

3. Wade Hampton Frost ( 1972 )

Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit menular.

Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.

4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )

Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.

5. Gary D. Friedman ( 1974 )

Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.

6. Abdel R. Omran ( 1974 )

Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

7. Barbara Valanis

Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos = people ; logos = science ).

8. Last ( 1988 )

Epidemiology is study of the distribution and determinants of health – related states or events in specified population and the application of this study to control of problems.

9. Elizabeth Barrett

Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.

10. Hirsch ( 1883 )

Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal

11. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn

Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in groups of people and with the factors which influence their distribution.

12. Robert H. Fletcher ( 1991 )

Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.

13. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn

Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the population has been subdivided according to some characteristic believed to influence of the event.

14. Lilienfeld ( 1977 )

Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.

15. Moris ( 1964 )

Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu penduduk.

16. Prof Nasry Noor

17. Nadjib Bustan



3. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK

1. Aspek Akademik

Secara akademik, epidemiologi berarti Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi untuk mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.

2. Aspek Klinik

Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemi.

3. Aspek praktis

Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum.

4. Aspek Administrasi

Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat



4. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT CENTER OF DISEASE CONTROL (CDC) 2002

Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang mempelajari Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan “. Dari pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah Riset. Kemudian apakah Riset itu…..?? Menurut Leedy (1974), Riset adalah “ a systematic quest for undiscovered truth”. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang belum terungkap ).



5. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT WHO







Referensi :

1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006-sekarang


Read More......

ruang lingkup epidemiologi

.
0 komentar


RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

Hal yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki basikdi bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau jangkauan epudemiologi, karena ruang lingkup epidemiologi semaking berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambara perkembangan ruang lingkup epidemiolloogi dapat di lihat sebagai berikut.

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:

1. Epidemiologi Penyakit Menular

2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

3. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi

4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

5. Epidemiologi Kesehatan Kerja

6. Epidemiologi Kesehatan Darurat

7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

8. Epidemiologi Perencanaan

9. Epidemiologi Prilaku

10. Epidemiologi Genetik

11. Epidemiologi Gizi

12. Epidemiologi Remaja

13. Epidemiologi Demografi

14. Epidemiologi Klinik

15. Epidemiologi Kausalitas

16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan

17. dan sebagainya.

Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk



Read More......

dasar-dasar epidemiologi

.
0 komentar



A. Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi

1. Pengertian

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.

2. Definisi

Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :

a. W.H. Welch

Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.

b. Mausner dan Kramer

Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.

c. Last

Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.

d. Mac Mahon dan Pugh

Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

e. Omran

Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

f. W.H. Frost

Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.

g. Azrul Azwar

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :

1) Frekuensi masalah kesehatan

2) Penyebaran masalah kesehatan

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.

3. Peranan

Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.

b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.

c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.

d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.

4. Ruang lingkup

a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi

Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.

Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

B. Natural history of deseases

Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :

1. Pre Patogenesis

Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)

Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.

3. Tahap penyakit dini

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).

4. Tahap penyakit lanjut

Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.

5. Tahap penyakit akhir

Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)

b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.

c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)

d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.

Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)

a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.

d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)

a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit

b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.

c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.

d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.

e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)

a. Mencari kasus sedini mungkin.

b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.

c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.

d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.

b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.

b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.

c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.

d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.

Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-langkah :

1) Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.

2) Research survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga

3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.

D. Penelitian epidemiologi

Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.

2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :

a. Non eksperimental :

1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).

2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.

3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.

b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Clinical Trial. Contoh :

a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.

b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.

2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.

Read More......

TBC

.
0 komentar


TUBERKULOSIS ( TBC atau TB )
1. Spektrum penyakit
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
2. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok :
1. Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja.dimana penyakit tidak menampakkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan hepatitis A.
2. Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh : campak (measles) dan cacar air (chickenpox)
3. Penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh : Rabies dan tetanus pada bayi
Tuberkulosis sendiri masuk kedalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1 dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau hanya disertai gejala ringan saja Bentuk patogenitas tuberculosis rendah sehingga hanya sebagian kecil saja penderita yang menampakkan diri secara klinis atau tidak mempunyai gejala klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Bentuk penyakit tuberculosis seperti bentuk gunung es (iceberg), dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan.
Gejala penyakit tuberkulosa ada dua yaitu gejala umum dan khusus
1. Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Sewaktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

3. Model Causal Web Tuberkulosis









4. Metode Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
a. Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan lingkungan. Contohnya :
- Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu mycobacterium tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosa selam menjalani proses pengobatan.
- Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
- Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu, pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.
- Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan penderita karena bisa menyebabkan penularan.
- Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkulosa definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis paru.
b. Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ni ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa (masa tunas). Contohnya :
- Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin.
- Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
- diagnosa dengan tes tuberculin
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
- melakukan foto thorax
- Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa
c. Pencegahan tertier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehbilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosialnya.
- Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang.
- Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan.
- Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tulang belakang


















Read More......

REFORMASI PENDIDIKAN

. Kamis, 20 November 2008
0 komentar


REFORMASI PENDIDIKAN
IDENTIFIKASI MASALAH, SOLUSI DAN TERGET WAKTU RELASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


1. Fasilitas pendidikan yang memadai
Solusinya
a. Ruang kuliah : Segera dicari alternatif gedung lain.
b. Praktikum : Segera dibangun Laboratoriu dan perlengkapannya atau bekerjasama dengan institusi atau lembaga Perguruan Tinggi lain yang memiliki fasilitas praktikum.
c. Perpustakaan : Perlunya segeradisediakan buku-buku yang up to date dan cukup jumlanya atau bekerjasaa denan Perguruan Tingi lain dan atau instansi yang mempunyai perpustakaan sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkadi UMI atau disediakan buku-buku baru yang menjadi kebutuhan bagi para mahasiswa dan para dosen.
d. Peralatan Penunjang. : Sediakan OHP tiap ruangan kuliah.
- Sediakan pengeras suara untuk ruangan dan kelas yang besar.
- Sediakan tempat oleh raga dan peralatannya.
- Sediakan peralatan kesenian.

2. Keuangan Kampus.
Solusinya
a. Audit Yayasan dan birokrat kampus dengan akuntan publik yang Independent.
b. Pecat oknum yang terlibat korupsi sekecil apapun.
c. Kembalikan dana yang dikorupsi tersebut.
d. Transparansi asal dan alokasi dana.

3. Sistem Belajar Mengajar
solusinya.
a. Tetapkan kalender akademik sesuai dengan tahun ajaran yang berlaku secara nasional.
b. Hapuskan Intervensi Yayasan terhadap sistem belajar mengajar.
c. kurikulum dan silabusnya didiskusikan terlebih dahulu dengan mahasiswa kepada mahasiswa agar pendidikan lebih demokatis, mengingat perkembangan arus ilmu dan teknologi serta inforasi yang begitu cepat.
d. Libatkan Mahasiswa 80 % dalam pengambilan keputusan tentang sistem pendidikan seperti, pembahasan kurikulum, fasilitas kampus, pembayaran spp, dan lainnya yang menyangkut massa mahasiswa.

4. Kesejahteraan pegawai
solusinya
a. Naikkan upah pegawai agar pegawai giat melaksanakan tugasnya dan Stop buruh/karyawan Kontrak khususnya untuk satpam dan cleaning service.
b. Berikan jaminan kesehatan pegawai
c. Gaji pegawai ditentukan oleh universitas bukan yayasan.

5. Diskriminasi dan intervensi terhadap mahasiswa.
Solusinya
a. Kembalikan kemerdekaan mahasiswa dalam berorganisasi tanpa pembedaan.
b. Oranisasi mahasiswa berkoordinasi denganPimpinan universitas bukan keada yayasan dan tidak bertanggung awab kepada keduanya tetapi kepada massa mahasiswa.
c. Segala urusan tentang kemahasiswaan adalah tanggung jawab Pimpinan universitas dengan mahasiswa dan diselesaikan di kampus tanpa melibatkan pihak ketiga (aparat misalnya).

6. Kualitas dosen.
Solusinya.
a. Angkat dosen-dosen ahli dibidangnya masing-masing
b. Angkat dosen-dosen muda yang cakap dan berbakat untuk segera dikirim tugas belajar agar bisa menjadi dosen yang berkualitas dan memiliki rasa memiliki Universitas
c. Pecat dosen-dosen yang tidak berkualitas dan malas mengajar.

7. Organisasi mahasiswa dan kegiatannya yang mandiri dan independent
Solusinya.
a. Segera disediakan fasilitas yang dibutuhkan lembaga mahasiswa, termasuk komputer dan internet yang pengunaannya dipertanggung jawabkan kepada mahasiswaq dan birokrasi fakultas serta universitas.
b. Memberi fasilitas kepada mahasiswa dalam membentuk model lembaga yang aspiratif bukan yang kahir dari intervensi birokrat kampus.
c. Bebaskan kegiatan mahasiswa tanpa intervensi apalagi sanksi.

8. Otonomi kampus.
Solusinya.
a. Segera berikan otonomi kepada Lembaga Universitas, agar mampu mengelola pendidikan secara professional.
b. Menarik diri dari kopertis yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari penguasa dan mendesak kepada kampus lain untuk menyuarakan pembubaran kopertis. Dan hapuskan ujian Negara karena hanya menambah beban mahasiswa danorang tua mahasiswa
c. Membuat kurikulum tersendiri yang sesuai dengan kebutuhan kampus tanpa harus terpatok pada peraturan yang memasung cara berfikir mahasiswa termasuk mata kuliah kewiraan dan pancasila.

Target waktu
Mengingat sudah demikian parahnya kondisi kampus kita maka waktu yang kita berikan untuk dapat direspon lebih birokrasi kampus adalah 2.7 hari apabila belum ada tanda-tanda perubahan maka kami menuntut kepada yayasan untuk mengembalikan seluruh uang kami.
Makassar, 18 oktober 2001

WUJUDKAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SEBAGAI KAMPUS YANG MURAH ILMIAH, RELIGIUS DAN DEMOKRATIS.



Read More......

Rasionalisasi dan Demokratisasi

.
0 komentar


Rasionalisasi dan Demokratisasi
Kelembagaan Mahasiswa

Arie Y. Mirjaya


I. GENESIS
Mahasiswa, bagaiamanapun juga adalah representasi kekuatan penyeimbang yang akan selalu ada dalam dinamika perkembangan budaya sebuah masyarakat yang diaktualisasikan dalam kerangka organisasi maupun kapasitas individunya. Kerangka organisasi kemahasiswaan pada dasarnya merupakan sebuah bagian integral dari investasi idiologi dan dinamika perkembangan hubungan antara masyarakat, dan kampus sebagai sebuah miniatur kehidupan masyarakat yang terkecil, merupakan benteng kebenaran terakhir yang sering kali diharapkan menjadi avant garde terhadap semua dinamika perubahan yang terjadi. Kerangka objektifitas intelektual harus menjadi kerangka berfikir yang mutlak ada, dan moralitas kebebasan menjadi inspirasi dari kelompok yang memang memiliki tingkat kesadaran yang jauh lebih baik.
Maka ketika realitas sosial diluar sudah berjalan keluar dari rel – nya, tanggung jawab moral untuk mengembalikannya dalam jalurnya yang semula harus dilakukan oleh kekuatan mahasiswa, baik dalam kerangka kelembagaan formal maupun yang lainnya. Karena bagaimana – pun juga, kelompok kelas menengah yang ada pada batas kesadaran terbaik ini, harus dapat mengggantikan fungsi sosial yang sebelumnya tidak berjalan.

II. KAMPUS SEBAGAI BENTENG KEBENARAN
Dinamika perubahan dan kekuatan intelektual suatu bangsa akan sangat dipengaruhi dengan tempat dimana manusia dari suatu bangsa tersebut melakukan proses interaksi, pembelajaran dan pembebasan berfikir untuk memajukan system budaya masyarakat sambil berupaya menjawab pertanyaan – pertanyaan terhadap persoalan yang ada dimasyarakat. Tempat dimana kerangka rasionalitas dan obyektifitas berfikir menjadi basis dari setiap interaksi yang terjadi di dalamnya.
Gambaran tentang tempat ini, seharusnya merupakan syarat mutlak lembaga pendidikan tinggi (kampus) yang mau tidak mau adalah dapur dari seluruh kerangka berfikir dan pembentukan carakter dari suatu bangsa. Rasioalitas berfikir yang harus dikembangkan dan hidup dalam dinamika kampus pada dasarnya adalah sebuah simbol kebenaran yang selalu menjadi contoh bagi dinamika objektif yang muncul dimasyarakat. Sederhananya, proses evolusi dari suatu bangsa akan sangat dipengaruhi oleh kwalitas generasi intelektualnya yang memang terlahir dari sebuah ruangan tempat dimana segala aktivitas akan berkembang secara ideal, yaitu kampus. Namun selama kurun waktu 32 tahun pemerintahan orde baru, kampus malah menjadi mercusuar otoriterianisme rezim dan rumah jagal bagi wacana kebebasan intelektual. Malah kekuatan yang ada didalamnya turut bertanggung jawab terhadap proses rekayasa sosial dimasyarakat. Dan hanya sekedar mengingatkan bahwa kita tidak pernah punya Universitas tiran, namun kita selalu punya stock tirani yang cukup banyak.

III. MAHASISWA
Gambaran umum tentang mahasiswa adalah suatu komunitas majemuk yang cenderung dinamis, intelektual, idealis dan punya kecenderungan komunal. Mahasiswa yang pada hakekatnya selalu berangkat dari kelompok kelas menengah atau dengan kata lain terdapat dalam kelompok pragmatis (sebatas pelaksana ide menjadi kenyataan) harus mempu berfungsi sebagai social control pada kekuasaan yang berlangsung. Fungsi kontrol tersebut akan serta merta berlaku apabila kekuasaan yang ada sudah dirasakan tidak aspiratif atas kepentingan rakyat, dan ketika itu terjadi posisioning mahasiswa yang ideal adalah sebagai sebuah elemen yang progresif (berfikir – ide – bertindak – realisasi). Kerangka progresifitasnya harus selalu dalam kerangka memajukan sistem budaya masyarakat dan berupaya memberikan jawaban – jawaban terhadap persoalan yang ada dalam suatu masyarakat.
Kerangka berfikir mahasiswa harus benar – benar terbebaskan dari ruang sempit pemikiran yang menghambat dinamika masyarakat, oleh karenanya, walau – pun mahasiswa bukan dewa yang mampu menjawab semua permasalahan, namun intelektualitasnya harus benar – benar didasari atas sense of critics yang independent, dan aktualisasinya tidak dapat dikekang oleh kekuatan manapun kecuali norma dan nilai – nilai kebenaran.
Sejarah selalu menyatakan bahwa kekuatan mahasiswa selalu dapat dijadikan filial awal dari proses perubahan dinamika masyarakat dan realitas kebangsaan serta keorganisasian masyarakat(baca negara), meski dalam awal perkembangannya, istilah mahasiswa belum begitu populer dibandingkan istilah “Pemuda”, yang memang telah jauh lebih populer dalam masa pergerakan perjuangan kemerdekaan.

IV. LEMBAGA KEMAHASISWAAN DALAM DINAMIKA PERUBAHAN MASYARAKAT
Aktualisasi dari kerangka berpikir mahasiswa sebagai bagian dalam dinamika perubahan masyarakat direpresentasikan dalam kelembagaan mahasiswa sendiri, baik diluar kampus maupun didalam. Sepanjang sejarahnya, kekuatan lembaga mahasiswa baik exstra maupun intra kampus selalu dapat menjadi stimulus dari perubahan yang terjadi dimasyarakat. Ketika pada awal pergerakan perlawan nasional, kekuatan mahasiswa mempunyai afiliasi yang sangat kuat dengan gerakan kepemudaan kebangsaan lainnya. Kerangka idiologi dan politik kelompok atau lembaga kepemudaan mengalami sebuah proses dinamisasi yang sangat luar biasa, bagaimana kemudian para pemuda tersebut mampu menjawab pertanyaan tentang kerangka berbangsa yang pada saat itu jauh dari bayangan banyak orang.
Realitas yang muncul pasca perjuangan kemerdekaan, justru mengalami stagnasi, atau boleh dapat dikatakan mundur, apa lagi ketika kekuatan orde baru muncul sebagai kekuatan tunggal yang sangat sentralistik, kekuatan mahasiswa mengalami disorientasi yang sangat jauh. Kerangka berorganisasi dihancurkan dan mahasiswa dijauhkan dari realitas yang ada di masyarakat. Sejarah juga mengatakan bahwa, angkatan 66 dulu bukanlah kekuatan real ideal dari mahasiswa, karena bagaimanapun juga KAMI dan KAPI tidak pernah lepas dari kekuatan militer (Angkatan Darat) yang menjadi supporting system. Bangunan rapuh yang ditinggalkan oleh para “alumnus” KAMI, pada akhirnya diturunkan kepada lapisan dibawahnya, angkatan 74, yang juga dicatat dalam sejarah tidak dapat melepaskan kebobrokan generasi sebelumnya, kalau mau jujur hariman siregar yang juga kader SGU (Study Group UI), pada waktu itu tidak dapat dilepaskan dari pertarungan politik praktis antara ASPRI keprsidenan dengan KOPKAMTIB. Akhirnya culture berorganisasi sering menjadi sangat kaku dan jauh dari kerangka objektif sebuah organisasi yang ideal, apa lagi ketika menteri pendidikan pada waktu itu (Daud jusoef) memberlalkukan NKK/BKK sebagai sebuah model pengkebirian lembaga kemahsiswaan. Dan kondisi tersebut masih sangat terasa hingga saat ini.

IV. A. LEMBAGA EXSTRA KAMPUS (sebuah kritik)
Sebagai sebuah media aktualisasi yang ada diluar kampus, maka komponen exstra kampus mempunyai kecenderungan terhadap kebutuhan dan tuntutan kekuatan yang memang mengafiliasikannya, keberadaan kawan – kawan exstra kampus memiliki kerangka berfikir yang terkadang lebih fleksibel dibandingkan kawan – kawan yang ada dalam kelembagaan formal intra kampus. Karakter organisasinya tidak dapat dipukul rata, antara sesama organ – organ exstra kamus lainnya, karena tiap – tiap organ exstra kampus memiliki kecenderungan untuk berbeda satu dengan yang lainnya. Namun tetap objektifitasnya harus selalu dipertanyaakan. Artinya tidak akan pernah ada jaminan bahwa kerangka organisasi exstra kampus bebas dari nilai. Kondisi objektif yang sering terlihat adalah bagaimana kekuatan mahasiswa exstra kampus akan selalu menyesuaikan platform organisasinya terhadap platform organisasi induk yang memang menjadi buffer diluar kampus. Dan yang akan sangat memprihatinkan adalah, ketika kekuatan buffer tersebut adalah sebuah partai politik ataupun kekuatan massa yang main stream, maka kekuataan mahasiswa yang didalamnya (exstra kampus), mau tidak mau adalah sub ordinate dari kekuatan partai politik tadi, karena pada akhirnya intervensi kekuasaan terhadap dinamika kampus dan kerangka berfikirnya akan sangat mungkin terjadi. Dan jika ini terjadi, sah jika banyak kelompok yang akan mempertanyakan kerangka objektifitas dan intelektual mahasiswa yang seharusnya memang independent.

IV. B. LEMBAGA FORMAL INTRA KAMPUS
Sejarah masih terus mengingatkan kita bahwa selama 30 tahun lebih ruang politik dan aktualisasi mahasiswa ditutup dengan sangat rapat oleh kekuatan rezim orde baru. Cetak biru sejarah nasional kita menorah tinta merah tentang kekuatan para mahasiswa angkatan ’66 yang berkolaborasi dengan para local army friend – nya Amerika, berhasil “menumbangkan” kekuatan rezim soekarno. Cacat sejarah rezim orde baru kembali terulang, ketika pada tahun 70an kekuasaan memberlakukan NKK/BKK, masa – masa kegelapan pada organisasi kemahasiswaan dimulai, dan kekuatan mahasiswa dalam lembaganya mengalami disorientasi, batas kesadaran mahasiswa seperti sangat sempit, sampai akhirnya, format kelembagaan mahasiswa hanya menjadi sapi yang selalu menurut dan tunduk pada kekuasaan. Jangankan mencoba mendekonstuksi, berbeda pendapatpun adalah sesuatu yang tabu. Lembag formal pada akhirnya hanya menjadi tempat berkumpulnya para birokrat mahasiswa, bahkan mungkin biro jodoh ilegal. Hingga saat ini banyak kawan kawan percaya bahwa perubahan tidak akan pernah datang dari lembaga formal kampus, karena memang syarat dan kerangka organisasinya dihancurkan sedemikian rupa oleh rezim orde baru. Kritik yang paling tajam terhadap lembag formal kampus adalah ketika mekanisme formalnya menjadi sangat formalistik dan kaku hingga komponen didalamnya sangat asing dari basisnya.
Format ideal organisasi pada hakekatnya harus dipenuhi beberapa syarat yang mutlak harus ada, terutama culture berorganisasi itu sendiri. Tapi jauh sebelum hal tersebut ada, filial awal yang harus ada yaitu :
 sebuah kerangka filosofi dari komponen yang ada di dalamnya, artinya, bagaimana filosofi harus dapat menjadi kekuatan yang mendasar tentang cita – cita dan bangunan dari sebuah organisasi.
 Pra syarat yang kedua adalah, kerangka idiologi dari organisasi itu sendiri, dimana idiologi organisasi adalah penerjemahan dari wacana filosofi yang ada pada komponen – komponen di dalamnya.
 Yang ketiga garis politik dari organisasi, hal ini tidak serta merta menjustifikasi bahwa organisasi ini adalah sebuah partai politik, namun lebih merupakan suatu kerangka strategis sebagai arah dari organisasi tersebut.
 Dan yang terakhir adalah mekanisme organisasi, dimana hal ini merupakan sebuah kerangka taktis yang lebih bersifat pragmatis, namun syarat mutlak dalam organisasi, mekanisme organisasi sesungguhnya merupkan representasi dari seluruh kerangka organisasi yang diatasnya.
Sesungguhnya kerangka ideal inilah yang sangat ditakuti oleh kekuatan rezim manapun, karena sangat potensial untuk dapat menjadi fungsi control yang tidak akan ada hentinya kepada kekuasaan. Dan rezim orde baru berhasil mematikannya, namun tidaklah mengherankan karena bangunan rezim itupun pada awalnya dikonstruksi oleh para pelacur intelektual yang membunuh idealisme meraka sendiri.

V. BENTUK ORGANISASI
Turunan dari keempat syarat ideal dalam sebuah organisasi diatas pada akhirnya akan diturunkan dalam bentuk organisasi yang harus saling menjadi support system dari perlawanan tadi, pada prinsipnya tiga bentuk ideal yang harus selalu sinergis dalam kerja – kerjanya adalah :
1. Organisasi legal (formal), kerangka formal yang ada didalamnya seharusnya dibentuk oleh organisasi yang juga menjadi supporting systemnya yaitu organisasi semi legal. Namun kerangka formal mutlak dibuat agar pilar tersebut dapat melakukan kerja – kerja populis yang strategis, dan mekanisme kerjanya kadang menjadi kaku, namun terkadang hal ini dibutuhkan agar organisasi ini dapat menjaga kamuflase suppoting system yang lainnya. Ciri khasnya adalah mekanisme kelembagaannya sangat struktural.
2. Organisasi semi legal, memerankan fungsi yang tidak dapat dikerjakan oleh kekuatan formal, artinya bagaimana kerja – kerjanya memiliki kecenderungan yang klendestein, dan agak tertutup kemudian bangunan organisasinya sangat sederhana, namun memiliki kepemimpinan yang tegas.
3. Organisasi ilegal, dimana komponennya sudah harus memahami tugasnya masing – masing namun dapat terkoordinasi dengan baik, organisasi ini tidak mengenal struktur dan bentuk kelembagaan, namun tetap merupakan lingkar yang sinergis dari support system yang lainnya. Kecenderungan dari organisasi ini adalah sangat tertutup dan orde baru mmbahasakannya sebagai organisasi tanpa bentuk.
4.
VI. PILAR ORGANISASI MAHASISWA IDEAL
Dalam format yang ideal, sebelum bentuk organisasi di hancurkan melalui NKK/BKK oleh rezim soeharto, bentuk – bentuk organisasi akan saling bersinerigi satu dengan yang lainnya. Dan format tersebut dibangun atas tiga pilar perlawanan yang mutlak harus ada, baru kemudian muncul pilar keempat sebagai suatu realitas dari kerangka kelembagaan mahasiswa yang memang disistematiskan oleh rezim, namun realitas kelembagaan tersebut selalu dupayakan untuk mampu melakukan posisioning yang jelas sebagai bagian dari coor group untuk juga berfungsi sebagai coor group dalam melakukan social control kepada kekuasaan, yaitu :
1. Kelompok study mahasiswa, dimana didalamnya dibangun kerangka filosofi dari komponen mahasiswa, dan harus menjadi pilar utama dari gerakan perlawanan mahasiswa itu sendiri, kelompok study harus dapat mendialektikakan berbagai realitas dimasyarakat kemudian membahasakanya dalam kerangka intelektual.
2. Pilar yang kedua adalah, kekuatan pers mahasiswa yang harus dapat mengaktulisasikan kerangka berfikir yang didialektikakan dalam kelompok study mahasiswa, pers mahasiswa harus memihak pada kekuatan masyarakat dan kebebasan intelektual kampus, pers mahasiswa juga harus dapat menjadi kekuatan antitessa dari media main stream.
3. Pilar kekuatan yang ketiga adalah komite aksi, dimana dialektika diturunkan dalam dalam mekanisme praksis guna melakukan perang gerakan terhadap kekuasaan ataupun hegemoni lama yang tidak memihak.
4. Pilar keempat sebenarnya merupakan sebuah realitas yang tidak mungkin dapat dinaifkan, yaitu kelembagaan formal mahasiswa, karena bagaimanapun juga pertarungan kekuatan politik terkecil adalah perebutan lembaga formal intra kampus, dimana ia adalah salah satu supporting system yang paling mampu melakukan bargaining kepada kekuatan formal lainnya yang ada di kekuasaan, baik otoritas kampus maupun kekuatan kekuasaan politik lainnya.
Keempat pilar ideal terbut pada perkembangannya, selalu dimandulkan oleh kekuasaan (Baca : Birokrat Kampus), hingga akhirnya kekuatan – kekuatan tersebut berjalan sendiri – sendiri dan tidak dapat bersinergi apalagi menjadi supporting system. Dalam hal ini akhirnya tawaran dan strategi yang ideal adalah bagaimana melakukan kerja – kerja yang klendestein namun terorganisir, dan tetap ada yang selalu diingat, bahwa kekuatan mahasiswa terletak pada kerangka intelektualnya, dimana objektifitas harus dijunjung tinggi, dan mahasiswa tetap tidak dapat disamakan dalam kerangka berfikir partai, karena subjektifitas atas kerangka idiologi dan garis politik akan sangat mengganggu wacana ideal dari cita – cita intelektualits mahasiswa. Harus diingat bahwa, jiwa jaman yang tumbuh akan selalu berbeda, maksudnya, proses dekonstruksi pada kerangka ideal akan selalu terjadi, dan kerangka moral dari gerakan mahasiswa akan selalu di pertanyakan, karena memang mahasiswa sebagai gerakan moral sangat berbeda dari moral gerakan itu sendiri. Pada akhirnya mau tidak mau harus benar – benar dipahami bahwa gerakan mahasiswa adalah bagian dari gerakan politik untuk suatu perubahan, meskipun kerangkanya sangat jauh dari kerangka kekuasaan, dan jika memang kesemua pilar ideal tersebut dapat dibangun maka tidak akan pernah ada kejenuhan terhadap gerakan mahasiswa, karena cowboy - cowboy muda ini akan selalu mengalami regenerasi. Dan tiap komponennya selalu punya spirit yang tidak akan pernah mati untuk menegakkan keadilan.



Read More......

Peran Negara dan Gerakan Mahasiswa-Rakyat

.
0 komentar



Peran Negara dan Gerakan Mahasiswa-Rakyat

Kapitalisme Negara Orde Baru
Kapitalisme yang berkembang di Indonesia merupakan kapita¬lisme yang datang/dibawa/dicangkokkan oleh kolonialisme. Hal ini selanjutnya mempengaruhi karakter dari kelas-kelas yang muncul (lebih khusus lagi kelas borjuasinya). Kekhususan ini menyebabkan banyak bermunculan sebutan-sebutan yang bermacam-macam sebagai hasil dari perilaku sosial-ekonomi, serta karakter politik mere¬ka. Kelas borjuasi yang muncul banyak dianalisa, karena asumsi yang sifatnya mendasar bahwa kelas borjuasilah yang akan menjadikekuatan utama pendorong demokrasi. Kelas inilah yang nantinya akan menjadi pemimpin dan pembela kepentingan dari seluruh golongan masyarakat dalam proses menuju terbentuknya masyarakat demokratis. Bagi saya, ini hanya merupakan sebuah ilusi belaka. Dalam kenyataannya, asumsi bahwa kelas borjuasi akan menjadi kekuatan utama pendorong demokrasi merupakan asumsi yang sama sekali tidak membumi dalam sejarah kapitalisme di Indonesia. Lalu pertanyaan yang timbul: bila bukan borjuasi, maka kelas sosial manakah yang akan menjadi kekuatan pendorong demokrasi? Sehubun¬gan dengan ini, penting sekali melihat sekilas teori tentang negara.
Dalam teori negara "klasik" dikatakan bahwa negara merupakan refleksi dari masyarakat, yang muncul sebagai produk dari tak terdamaikannya kontradiksi kelas. Banyak yang mengeritik teori ini, yang semuanya menurut Cokro hanya "didasarkan atas logika sistem politik yang ada." Bahkan ia mengatakan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang paling dikuasai oleh kelas kapitalis, kelas yang berkuasa. (Lihat: Cokro, "Kediktatoran Kelas dan Asal Usul Pemerintahan Orde Baru, Progress, Australia, 1992). Ia mencontohkan bila para "penguasa" mati, perusahaan-perusahaan (modal) yang ia miliki akan jatuh ke keluarganya bukan ke negara. Ia meletakkan teori perjuangan kelas merupakan konteks terbaik dalam menganalisa negara Indonesia. Tetapi, minimal yang harus kita terima dari teori-teori negara adalah bahwa negara tidaklah netral, ia adalah penjaga dari sistem yang menguntungkan sebagian kecil dari masyarakat, semen¬tara sebagian besar lainnya yang tidak berpunya hidup di bawah penindasan sistem kapitalisme ini. Kembali kepada teori negara klasik, negara merupakan alat dari kelas penguasa untuk menindas. Alat (negara) mengesahkan penindasan dengan bantuan lembaga pemaksa yang paling utama yaitu: tentara, pengadilan dan penjara, sehingga apa yang disebut dengan negara kapitalis merupakan negara yang berfungsi sebagai alat untuk melipatgandakan modal.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa kelas borjuasi atau kapitalis atau bahkan kelas menengah secara keseluruhan tidak akan menjadi kekuatan utama pendorong demokrasi di Indonesia, karena kebanyakan kelas borjuasi justru sering muncul (menyatu) dari dalam negara (ingat: negara Indonesia adalah negara yang paling dikuasai oleh kelas kapitalis!). Kelas kapitalis dan juga kelas menengah (borjuis kecil) bahkan menguatkan atau mendukung stabilitas ekonomi untuk proses pertumbuhan ekonomi kapitalistis melalui sistem politik yang ANTI DEMOKRASI. Jadi siapakah yang paling berkepentingan dan yang paling mampu menciptakan demokrasi di Indonesia?

Gerakan Mahasiswa dan Buruh
Gerakan Demokrasi Kita (mahasiswa) menyadari bahwa kita tidak dapat mengharap¬kan kelas borjuasi atau kelas menengah. Yang saya maksudkan kelas menengah di sini adalah para manajer, kaum profesional, teknokrat dan juga dari kaum sekolahan. Kelas menengah bagaimanapun tidak akan menghasilkan kekuatan yang efektif di orde baru ini. Apalagi depolitisasi serta ketiadaan basis material mereka untuk merespon deregulasi dan liberalisa¬si ekonomi orde baru menyebabkan mereka cenderung untuk mendukung kekuasaan atau paling "mentok" yang muncul pada kelas menengah hanyalah rasa nasionalisme dan rasa humanisme ketimbang demokrasi. Mereka mungkin saja akan memainkan peranan efektif bila terjadi "perpecahan" di antara elit penguasa, tetapi hal ini adalah utopis belaka, karena biasanya perpecahan di tingkat elit akan benar-benar menjadi kenyataan bila ada gerakan dari bawah yang akan memainkan peranan utama dalam proses demokratisasi di Indonesia. Sedangkan posisi kelas mahasiswa "tidak jelas" serta kenyataan historis gerakan mahasiswa dalam masa orde baru menunjukkan kenyataan yang tidak dapat dibantah, bahwa gerakan mahasiswa tidak akan mempunyai kekuatan apa-apa bila tidak bersatu dengan kekuatan mayoritas lain yang ada di masyarakat. Namun, persoalannya ialah dengan siapakah kita harus bersatu dan bersama-sama berjuang menciptakan demokrasi di Indonesia?.
Pada saat sekarang tuntutan terhadap liberalisasi dan demokratisasi kebanyakan dipimpin dari kaum intelektual maupun kaum profesional tertentu. Mereka ini terdiri banyak diwakili dari dunia profesi (LBH), kaum intelejensia, PSI (yang merupakan wakil-wakil dari kaum sosial-demokrat Indonesia) Petisi 50 dan Muslim (ICMI dan NU dengan Abdurrahman Wahid-nya), tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memaksa tuntutan mereka terpenuhi. Dan mereka ini sebenarnya sangat lemah dan secara tak terelakkan mereka menjalankan politik aliansi dengan salah satu atau sejumlah faksi tertentu yang saling bertikai di kalangan elit di pemerintahan (demi menaikkan posisi tawar menawar mereka) dan menjalin (baca: meng¬kooptasi) hubungan gerakan mahasiswa. Dan hubungan ini, mau tak mau, adalah hubungan subordinasi, dimana yang mencuat adalah figur dari tokoh oposisi politik dan bukan tuntutan atau program politik mereka bagi terbukanya ruang-ruang demokrasi di Indone¬sia.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa mereka, secara struk¬tural, tidak mempunyai kekuatan. Dalam hal ini kita akan melihat siapakah yang menjadi tenaga penggerak utama dalam proses demok¬ratisasi di Indonesia. Arti penting tenaga penggerak utama di sini dimaksudkan bukan hanya terletak pada ketertarikan/kepentin¬gan mereka terhadap demokrasi, tetapi yang lebih penting lagi adalah apakah mereka mempunyai kekuatan yang sanggup memaksa negara terpaksa menyelenggarakan sistem demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang saya maksudkan di sini jangan dipandang hanya dari segi aturan formal belaka. Demokrasi harus nyata, yaitu kebebasan berbicara, berserikat dan --bahkan-- berpartai, yang dalam abstraksinya adalah memunculkan kekuatan-kekuatan di Rakyat sehingga negara tidak dapat memaksakan kehendaknya dengan sewe¬nang-wenang kepada Rakyat. Parlemen (baca: DPR dan MPR) juga harus lebih berkuasa dibandingkan dengan pemerintah dan harus dipahami bahwa perjuangan demokrasi juga selalu beriringan dengan perjuangan di tingkat ekonomi rakyat, dan inilah alasan mengapa yang paling berkepentingan dan mempunyai kekuatan untuk mencapai masyarakat demokratis adalah "Rakyat".
Rakyat yang dimaksud di sini lebih dikhususkan pada kelas buruh (buruh dibagi-bagi menjadi buruh tani, manufaktur, jasa dan lain-lain), tetapi yang paling mempunyai potensi untuk menjadi kekuatan demokrasi pada sistem kapitalisme yang dijalankan Orde Baru adalah buruh manufaktur ini ditambah lagi dengan krisis kapitalisme dunia yang mengharuskan mereka memberi tekanan terhadap kondisi perburuhan di Indonesia bagi kepentingan kapital mereka. Kekuatan buruh manufaktur sebagai kekuatan demokrasi di masa Orde Baru dapat disamakan dengan posisi buruh perkebunan pada masa kolonial. Pada saat sekarang jumlah buruh manufaktur telah mencapai 10,5 juta, walaupun dari segi jumlah buruh tani menempati proporsi lebih dari 40% dari jumlah seluruh angkatan kerja. Kenyataan bahwa pada saat sekarang mereka masih belum terorganisasi dan gerakannya masih spontan, itu merupakan hasil depolitisasi (pasifikasi) Orde Baru. Dan kekurangan ini harus kita kembalikan kepada kita yang masih sangat kurang menjalin hubungan yang "erat" dengan mereka.
Gerakan mahasiswa beberapa tahun belakangan ini juga telah mengambil isu-isu kerakyatan sebagai agenda gerakan seperti kasus-kasus penggusuran tanah baik oleh proyek pemerintah maupun swasta, kenaikan harga listrik, serta undang-undang lalu lintas dan sebagainya. Tetapi yang harus disadari adalah bagaimana memunculkan dan membangun kekuatan mahasiswa dan yang lebih penting lagi adalah membangun kekuatan rakyat yang telah kita ketahui sebagai satu-satunya kekuatan utama demokrasi. Tidak ada cara lain bagi perjuangan yang sulit dan panjang ini kecuali dengan berhubungan langsung dengan mereka, mengorbankan waktu kita untuk mendengarkan, belajar dan memecahkan persoalan-persoa¬lan yang dihadapi oleh mereka secara bersama-sama, yang selanjut¬kan dapat menyadarkan rakyat akan arti pentingnya pendirian organisasi yang membela kepentingan mereka. Kita tahu bahwa selama ini rakyat tidak mempunyai alat/organisasi untuk memper¬baiki kondisi kehidupan mereka. Sedangkan kebebasan berorganisasi dihambat/dilarang di negeri ini. Sehingga tuntutan utama bagi proses demokrasi di Indonesia (Orde Baru) adalah KEBEBASAN BAGI RAKYAT UNTUK MENDIRIKAN ORGANISASI. Tuntutan ini harus menjadi tema utama bagi gerakan demokrasi di masa Orde Baru. Tetapi tuntutan ini tidak boleh hanya disuarakan oleh mahasiswa tetapi yang lebih penting lagi adalah tuntutan oleh rakyat sendiri yang telah sadar akan pentingnya organisasi bagi perjuangan memperbai¬ki kondisi sosial ekonomi dan politik mereka. Oleh karena itu tugas yang paling berat dan panjang adalah menyatukan gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat, terutama gerakan buruh serta proses pendidikan politik rakyat dan ini merupakan salah satu tindakan politik yang selama ini telah dihalang-halangi sekian lama. Protes-protes mahasiswa dan buruh menjadi mata rantai bagi per-juangan demokrasi.
Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa untuk melakukan tugas ini tidak ada cara lain selain berhubungan langsung dengan mereka. Melihat kasus-kasus yang muncul di rakyat, khususnya di buruh, pada saat sekarang telah menunjukkan bahwa mereka siap menjalankan tugasnya sebagi kekuatan utama bagi proses demokratisasi Melihat kasus-kasus pemogokan yang terus bertambah sejak tahun 1990, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya tertarik pada tuntutan upah, tunjangan dan lain-lain yang sifatnya ekonomis belaka tetapi mereka tertarik pada kebebasan berbicara, berserikat dan lain-lain. Ini dibuktikan dengan banyaknya tuntutan untuk pemben¬tukan SPSI juga pembubaran SPSI. Dalam kasus yang pertama menunjukkan bahwa mereka telah sadar akan pen¬tingnya organisasi perjuangan mereka, sedangkan yang kedua telah lebih sadar bahwa SPSI bukanlah organisa¬si yang dapat membela kepentingan mereka. Dan kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh SBSI untuk menuntut diakuinya\disyahkannya SBSI sebagai serikat buruh diluar SPSI. Apakah SBSI nantinya akan membela kepentingan buruh atau hanyalah akan menjadi serikat buruh yang tidak berbeda dengan SPSI akan dapat ditentukan di kemudian hari. Di samping itu terlihat budaya politik buruh juga telah maju. Dalam pemogokan, mereka telah mengerti kekuatan-kekuatan yang dipunyai mereka; untuk kepentingan siapakah militer ikut serta dalam setiap kasus pemogokan buruh, contoh dari keterlibatan militer ini adalah kasus pembunuhan Marsinah yang membawa reaksi dari berbagai pihak sehingga akhirnya pemerintah terpaksa menghapuskan peraturan yang mensahkan keterlibatan militer dalam konflik buruh dan pengusaha; aksi-aksi mereka juga dilakukan tidak hanya di pabrik-pabrik tempat mereka bekerja tetapi juga pada lembaga-lembaga negara seperti Depnaker, DPRD, DPR bahkan rally dengan aksi turun ke jalan; budaya politik dalam aksi-aksi mereka juga hampir mirip dengan budaya politik dari gerakan mahasiswa misalnya adanya poster, spanduk, yel-yel, mengundang wartawan dan lain-lain; yang semuanya menunjukkan bahwa mereka telah siap menjadi motor demokrasi. Jadi tugas mendesak dari gerakan mahasiswa adalah bagaimana menyatukan gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat dan oleh karenanya yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa ini adalah bagaimana membangun kekuatan gerakan mahasiswa dengan secara politis dan harus terus didorong hingga pada level organisasional serta mengkaitkannya dengan gerakan rakyat.
Mendirikan dan membangun organisasi demokratis gerakan mahasiswa secara nasional yang kuat, yang terdiri dari berbagai serikat-serikat mahasiswa yang telah terbentuk sekarang ini di berbagai daerah merupakan langkah yang tepat. Sekedar contoh dapat disebutkan disini seperti LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) yang terdiri dari 26 organ mahasiswa yang tersebar di 18 kota di Indonesia. Tuntutan terhadap kebutuhan sentral organisasi gerakan mahasiswa secara nasional merupakan tuntutan yang muncul sebagai hasil dari kebangkitan kembali gerakan mahasiswa dan gerakan-gerakan demokrasi lainnya. Jadi tugas mendesak gerakan mahasiswa bagi proses demokrasi di Indone¬sia adalah terbentuknya sentral organisasi mahasiswa. Tugas utama dari sentral organisasi mahasiswa ini adalah mengangkat isu-isu kerakyatan (lebih terutama isu-isu buruh, karena pada saat ini merekalah yang paling maju) disamping isu-isu yang berhubungan dengan kepentingan sektor mereka (baca: mahasiswa) dan isu ini biasanya efektif sebagai langkah awal untuk menggalang massa di kampus. Bentuk gerakan lain dari gera¬kan mahasiswa ini adalah gerakan turun ke rakyat (apalagi bagi mahasiswa yang telah bukan menjadi mahasiswa lagi baik karena Drop Out, keluar sendiri maupun yang telah mendapat gelar sarja¬nanya). Persoalan untuk mewujudkan cita-cita ini justru ada pada mahasiswa itu sendiri, apakah ia tetap bersikeras untuk terus bertahan dengan sektarianisme mereka (baik regionalisme maupun sektarian isu sektor mahasiswa saja), elitis mereka dan juga karakter dari bojuis kecil mereka yang "enggan" menjalin hubungan dengan rakyat dan hidup bersama rakyat.
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa menjadi penting ketika ia dapat bersama-sama rakyat (terutama buruh) menuntut kebebasan berorganisasi sebagai penjabaran kongkret tuntutan demokrasi di Indonesia serta menjalin "hubungan yang akrab" dengan mereka. Dengan berhubungan dengan rakyat maka akan "menguatkan" komitmen serta konsistensi mereka terhadap perjuan¬gan demokrasi bahkan setelah mereka lulus atau sudah bukan maha¬siswa lagi. Dan kasus-kasus "larinya" mereka ke institusi-institusi yang tidak berbasis massa (diantaranya LSM-LSM) yang sekaligus membawa pengaruh berkurangnya/ turunnya praktek mereka dalam melebur dengan massa, dalam memperjuangkan demokrasi dengan metode-metode massa, akan dapat dihindari. Selanjutnya setelah proses ini berhasil dilewati maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat menjadi jembatan bagi terjadinya persatuan antara gerakan rakyat dan gerakan mahasiswa sebagai gerakan demokrasi di Indonesia.
Dengan bersatunya gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat maka¬ perbedaan-perbedaan antara mahasiswa dan buruh atau rakyat secara keseluruhan akan menjadi semakin kecil yang selanjutnya akan lenyap dan terbentuknya program tuntutan politik demokratis: menghapuskan otoriterisme Orde Baru, yaitu direbutnya kebebasan politik bagi masyarakat sipil --kebebasan organisasi, pawai, mendirikan organisasi, suratkabar, menulis, dll.
Setelah proses ini tercapai maka perjuangan demokrasi akan merupakan kenyataan. Akhirnya tidak beralasan bagi sebagian "intelektual" kita yang "keras kepala" yang mengecilkan arti penting gerakan mahasiswa, dan juga bagi mahasiswa yang tetap menolak untuk berhubungan dengan kelas yang paling mempunyai kekuatan untuk mendorong demokrasi.
Akhir dari tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa proses yang diuraikan diatas tidak mudah. Ia akan meminta kerelaan waktu, materi bahkan hidup kita sendiri. Dan yang lebih penting lagi kita harus dapat menghilangkan sifat sektarianisme kita. Kita telah melihat kawan-kawan kita yang ditangkap, dimasukkan dalam penjara serta dikeluarkan dari kampusnya. Kita juga melihat kawan kita yang hilang satu persatu --demoralisasi, dekadensi, dan menyerah--, tetapi kita juga melihat munculnya beratus-ratus kawan-kawan baru kita yang lebih maju dan siap terhadap tugas mulia, suci dan mendesak ini. Oleh karena itu wajar diakhir tulisan ini saya teriakkan: “HIDUP GERAKAN DEMOKRASI DI INDONESIA!”

Read More......