DEWAN MAHASISWA

. Kamis, 20 November 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks



DEWAN MAHASISWA

Sebelum itu di masa persiapan revolusi kita haruslah memiliki organisasi yang kuat. jadi kerja-kerja pengorganisiran dan pembasisan haruslah tetap dijalankan. sama seperti ketika mengakmapnyekan dema. dan sampai sekarang aku lihat kampanye kita setidaknya bisa menjawab ketidak percayaan akan BEM. dan dalam kesempatan ini aku menawarkan konsep kecil DEMA.

PEMBANGUNAN DEWAN MAHASISWA
Sebuah konsep dan tawaran
1. Pendahuluan
Dalam beberapa minggu ke belakang ada fenomena yang menarik. Fenomena dimana organisasi Legal Kampus semacam BEM bisa juga melakukan suatu gerakan politik (tingkatan mereka menganggapnya gerakan moral) untuk melakukan tekanan supaya Gus Dur mundur. Jika disimak secara lebih mendalam bagaimana gerakan BEM minggu kemarin mengingatkan akan peristiwa 1966. Mahasiswa kemabali turun ke jalan di mobilisasi oleh organisasi legal kampus yang juga meneriakan gerakan moral. Dan dari situ juga lahir politisi semacam Akbar Tanjung, Cosmas, dll.
Lalu perkembangan dari gerakan mahasiswa 66 adalah lahirnya kesadaran adanya konsep DEMA (Dewan Mahasiswa) yang mewakili keinginan bawah mahasiswa. Konsep dema ini diikuti oleh mahasiswa secara utuh. Kita bisa lihat dari tingkat mobilisasi dema ini dalam mengadakan rapat akbar menyikapi kedatangan PM Jepang, Kakuei Tanaka ke Jakarta mengenai masalah penanaman modal asing. Dan aksi ini dilakukan DEMA di seluruh Indonesia. Namun yang patut dikritisi adalah watak yang sektarian dari mahasiswa. Ketika mereka bergerak, mereka ditonton oleh rakyat di sepanjang rakyat bak seorang hero berjalan. Di kepala mereka masih tertanam mereka adalah agen perubahan (agent of change).
Buntut dari gerakan 15 Januari 1974, adalah pembubaran DEMA-DEMA yang sangat politis sangat itu, walaupun masih sangat jauh dari rakyat (eksklusif). Sehingga dengan dikeluarkannya SK no. tentang NKK / BKK. Dimana mulai saat itu dilarang mendirikan organisasi di Luar SMPT hingga ke SMU (OSIS). Sehingga praktis era 1980-an banyak aktivis 1974 yang lari ke Mapala, ataupun kelompok diskusi. Dari kelompok-kelompok inilah timbul kesadaran bahwa mahasiswa tak boleh terpisah dari gerakan rakyat. Dan dari kelompok-kelompok diskusi inilah banyak yang berubah menjadi LSM LSM ataupun dalam era 1990-an berubah menjadi komite-komite aksi. Dan mulai lari dari permasalahan kampus hingga ke kondisi terkini.
Yang menjadi pertanyaan kita.. kenapa tidak banyak organisasi gerakan yang gencar dengan isu dunianya. Yang jelas adalah tidak adanya pembasisan dan organ legal kampuspun hanya sekadar pelaksana kegiatan yang ingin dilakukan atau disetujui oleh rektorat. Apalagi kita berhadapan dengan mahasiswa. Dimana posisi mahasiswa akan mudah diajak berorganisasi jika menyangkut kepentingan mereka.
Lalu bagaimana dengan momentum yang ada di dunia pendidikan sendiri, dunianya mahasiswa. Patut kita lihat banyak kawan-kawan mahasiswa yang mengalami represifitas oleh birokrat yang kita investigasi ada 5 metode yang sering di pakai :
1. Memperketat Absensi kehadiran (kuantitas kehadiran sekitar 80 % jika tidak memenuhi standar demikian tidak dapat mengikuti ujian semesteran)
2. Merepresif nilai jika bertentangan dengan dosen ataupun birokrat kampus.
3. Membuat perjanjian sepihak tanpa melakukan diskusi dengan mahasiswa, seperti contoh penandatanganan pernyataan bahwa tidak akan menuntut fasilitas kampus (bus kota) bagi mahasiswa UNSRI yang baru.
4. Merepresif mahasiswa yang kritis dengan metode pemanggilan orangtua / wali.
5. Pemecatan atau Drop Out
Ada tidak pengangkatan hal yang terjadi tersebut di BEM itu sendiri. Tetapi kita tidak boleh menafikan isue nasional. Isue nasional tetap harus diangkat tetapi jangan melupakan isue dunianya sendiri. Lalu tentang kedudukan BEM sendiri di mata Rektorat, struktural Kampus bahkan belum mengakui secara legal bahwa BEM ini adalah struktur mahasiswa yang baru, birokrat kampus masih mengakui adanya SMPT. Dimana SMPT ini berada langsung dibawah kontrol dari Rektorat mulai dari penyusunan program, pengalokasiaan dana kemahasiswaan hingga masalah perizinan kegiatan kemahasiswaan. Hingga muncul demonstrasi menuntut pengakuan BEM yang sifatnya spontan dan tidak menjadi kebutuhan mahasiswa.
Yang kita lihat kini, struktur BEM ini masih tetap berada di bawah kontrol dari Rektorat, hal ini bisa dilihat dari kedudukan yang tidak sejajar atupun terlibat dalam Senat Universitas, apalagi untuk mengontrol dana kemahasiswaan. Patut kita analisa bagaimana terjadinya pembentukkan BEM tersendiri. Dari data yang kita dapat dari pemilu raya di UNSRI hanya 50 % mahasiswa yang menyalurkan suaranya, sisanya kemana. Tidak mungkin secara sepihak kita mengatakan 50 % mahasiswa UNSRI itu apolitis, tidak punya kesadaran berorganisasi. Yang aku analisa adalah struktur BEM ini, bagi mereka (mayoritas mahasiswa) sama saja dengan struktur SMPT yang kegiatan-kegiatan sama saja. Hanya sekadar membuang uang, tidak ada manfaatnya sama sekali. Berarti di sini haruslah di pikirkan bagaimana struktur yang bisa menampung aspirasi dan keinginan mayoritas mahasiswa sendiri.
Lalu dari analisa di atas, aku mencoba menawarkan suatu lembaga kampus yang baru yang akan lebih demokratis, menyentuh apa yang diinginkan oleh mayoritas mahasiswa dan mengarahkan keinginan / kesadaran semu massa mahasiswa itu ke arah kesadaran sejati akan pentingnya pemerintahan kampus tersendiri. Dan konsep ini adalah konsep DEWAN MAHASISWA.




DEWAN MAHASISWA

DEWAN MAHASISWA adalah konsep pemerintahan kampus yang sejajar dengan kedudukan birokrat kampus. Kesejajaran ini dimulai dengan pengalokasian dana kemahasiswaan, penentuan kurikulum, penentuan program universitas. Hampir sama dengan Dewan Mahasiswa 1974, namun sifat sektariannya yang dihapuskan. Konsep DEWAN MAHASISWA dimulai pembangunannya dari bawah dimana melibatkan semua mahasiswa. Representasi keterlibatan mahasiswa dapat diambil dari Unit Kegiatan Mahasiswa, Himpunan Jurusan, ataupun komite-komite aksi yang ada lalu hingga ke kumpulan minat, bakat. Dan kalaupun di jurusan itu ada organisasi massa mahasiswa semacam HMI, KAMMI, PMKRI, LMND akan tetap dilibatin (ditingkatan Jurusan). Dan dari kelompok-kelompok diatas lalu dibuat suatu mekanisme pemilihan pengurus harian. Dan DEMA ini tidak terpisah struktur Legislatif dan Eksekutif nya. Tetap menjadi satu kesatuan.
ORMAS ORMAS Mahasiswa harus terlibat aktif dalam DEMA ini, tergantung dimana dia berada. Dan dalam DEMA sendiri harus dibuat suatu mekanisme yang demokratis, menghargai pendapat siapapun. Tinggal secara demokratis dihasilkan suatu keputusan. Lalu naik ke struktur yang lebih tinggi yaitu DEWAN MAHASISWA FAKULTAS. Yang anggotanya terdiri dari perwakilan DEWAN MAHASISWA JURUSAN, ataupun UKM yang ada di tingkatan Fakultas, ORMAS. Sama juga mekanisme organisasinya adalah adanya rapat pengambilan keputusan. Sama demikian dengan DEWAN MAHASISWA UNIVERSITAS, KOTA, NASIONAL. Kenapa di tingkatan wilayah tidak ada struktur DEWAN nya. Jawabannya adalah melihat kondisi kampus yang terpusat di kota-kota besar. Lalu struktur wilayah hanya akan menambah rumit. Lalu bagaimana dengan kampus-kampus seperti Sekolah Tinggi, Akademi, sama pembangunannya dengan diatas hanya perlu penyesuaian. (Kulampirkan struktur bagannya)
Ada satu hal yang patut kita kembangkan sebelum kita membangun DEMA, yaitu BASIS BAWAH. Penguatan BASIS BAWAH adalah kunci utama membangun DEMA yang solid dan agar tidak keropos, kuat bargainnya di Rektorat / birokrat kampus. Jika kita ingin membangun suatu struktur DEMA yang kuat haruslah benar-benar mengakar pada aspirasi dan keinginan mahasiswa mayoritas. Dema haruslah dibangun dari kekuatan basis bawah. Kenapa demikian ? Karena jika tidak demikian struktur DEMA ini akan menjadi keropos dan tetap tidak mendapat pengakuan dari mayoritas mahasiswa. Coba kita analisa DEMA yang pernah dibentuk oleh organ LMND di Lampung, yaitu DEMA UNILA. Memang benar DEMA UNILA dibangun dari komite-komite diskusi yang ada di kampus UNILA. Namun Struktur Dewan Eksekutif Mahasiswa berjalan sendiri hanya mewakili sebagian mahasiswa (terkesan eksklusif di mahasiswa). Tidak ada orang dari DEMA UNILA yang berada di UKM-UKM ataupun DEM. Lalu kita lihat bagaimana pengakuan mahasiswa UNILA terhadap DEMA UNILA. Pengakuan ini bisa dilihat jumlah mobilisasi DEMA dalam kegiatan-kegiatannya. Lalu kegiatan DEMA apa ada yang memperjuangkan kepentingan Mahasiswa UNILA semisal kenaikan SPP untuk melakukan pembasisan.

Lalu bagaimana cara memperkuat basis bawah Yang harus kita lakukan adalah menyelaraskan kegiatan pembasisan LMND dengan pembangunan DEMA. Sangat jelas dipaparkan dalam STRATEGI dan TAKTIK LMND dalam KONGRES 2 LMND hal 13 point 4 ( taktik menguasai kampus) dengan metode Infiltrasi/influence ke organ legal kampus semacam SM, UKM, ataupun membangun UKM baru, pembangunan komite-komite (disesuaikan dengan keadaan objektif kampus), pembangunan komisariat Liga.

Jadi pembangunan DEMA haruslah dijalankan dengan juga melakukan pembasisan (pendirian komisariat, Komite-komite aksi, front sektoral). Dengan cara demikianlah, kita bisa mempropagandakan DEMA. Kita bisa melihat tulisan Mohammad Sofiyan, Dilema Gerakan Mahasiswa, Antara isue Sektoral dan Isu Nasional. Di tulisan itu dijelaskan tersedia momentum bagi pembasisan hingga ke pembentukkan DEMA. Dan langkah awal kita adalah mengolah momentum di dunia pendidikan dan isu nasional untuk memberikan pemahaman tentang DEMA kepada mahasiswa secara luas. Lalu ditataran propaganda atas, tetap kita kampanyeiin DEMA sebagai satu solusi untuk menyelesaikan kontradiksi dunia mahasiswa dengan tidak melupakan sektoral lain.

Pembentukan Front dimulai dari tingkat Fakultas hingga ke Nasional. Salah satu taktik kampanye DEMA adalah pembangunan front sektoral. Material yang kita harus kita miliki adalah persamaan isue. Yang terjadi di dalam kampus sangatlah jelas masih bercokolnya sisa-sisa kekuatan lama ORDE BARU. Dimana orang-orang dari kekuatan lama ini membangun suatu sistem yang akan terus merepresif mahasiswa yang kritis. Bangunan represif itu terlihat dari pengadaan PR 3 hingga kini belum dihilangkan atau dilikuidasi. Material untuk mengadakan front bersama itu sudah jelas. Kalau dalam tulisan kawan Sofiyan dijelaskan platform mirip persis, yaitu menyadari bahaya Orde Baru. Dan mengaitkan isue Sektoral itu dengan kampanye penghancuran Orde Baru. Organ-organ gerakan harus kita dorong untuk juga terlibat dalam permasalahan kampus, menanamkan solidaritas antar mahasiswa. Doktrin senat saja mengatakan Berapa Jumlahmu, Mahasiswa. SATU. Doktrin ini jika dianalisa mengajarkan kepada kita untuk solidaritas dengan apa yang dialami oleh mahasiwa. Yang tentunya juga berkaitan dengan kita, karena represif kampus tak memandang siapapun bisa saja terkena ke kita. Dan dari FRONT inilah bisa menandingi kekuatan yang dimiliki birokrat kampus. Dan FRONT inilah cikal bakal lahirnya DEMA. Selain pembangunan komite-komite aksi, UKM UKM, Komisariat LMND.

MENGHILANGKAN WATAK SEKTARIANISME MAHASISWA DENGAN DEWAN MAHASISWA

Salah satu penyebab tidak menyatunya dan membesarnya gerakan mahasiswa adalah masih tertanam kuatnya pemahaman sektariannya. Pemahaman organisasi dialah yang paling benar dan tidak usah mengajak bergabung organisasi lain. Apalagi sampai ketahap perlunya kontak dan melakukan kerja bareng dengan organisasi sektor lain.

Yang kita perlu ditegaskan dalam struktur DEMA ini, harus tetap ada pembangunan kerja lintas sektoral. Yang dapat dibuat suatu program khusus untuk menghilangkan watak elitis dari mahasiswa. Program ini bukan hanya dengan adanya DEMA, akan tetapi mulai sekarang harus kita kampanyein dan kita membentuknya. Seperti yang telah dipaparkan sangat jelas dalam stratak LMND hasil Kongres 2 LMND yaitu UKM Buruh tani. Dan harus juga dimenangkan program Live in untuk menghancurkan watak elitis, sektarianisme mahasiswa.

Karena jika tidak demikian, DEMA ini akan cenderung memikirkan dunianya sendiri tanap ada korelasi dengan gerakan rakyat. Dan kembali seperti DEMA tahun 74. yang tak di dukung oleh rakyat. Dan rakyat akan bergerak sendiri-sendiri. Ini adalah salah satu bentuk tawaran dari aku. Secepatnya kawan-kawan LMND di seluruh nusantara untuk menanggapinya. Supaya kita dapat menemukan konsep tentang DEMA dengan cepat. Karena kondisi kampanye DEMA yang begitu massif dan ketika di adu argumentasi kita belum ada konsepnya. Lalu bagaimana kampanye kita tentang DEMA.

DEWAN MAHASISWA NASIONAL
1. BERISI ORANG-ORANG YANG DIPILIH DARI DEWAN MAHASIWA KOTA MELALUI MUSYAWARAH SUARA TERBANYAK (BISA DI GANTI JIKA MELANGGAR KESEPAKATAN)
2. BERISI PERWAKILAN ORMAS NASIONAL
3. MEMILIH PENGURUS HARIAN yang berfungi sebagai koordinasi antar anggota DMN
4. MENETAPKAN PROGRAM DEMA SECARA NASIONAL

DEWAN MAHASISWA KOTA
1. BERISI PERWAKILAN DARI DEWAN MAHASISWA KOTA MELALUI MUSYAWARAH SUARA TERBANYAK (BISA DI GANTI JIKA MELANGGAR KESEPAKATAN)
2. BERISI PERWAKILAN ORMAS DI TINGKATAN KOTA
3. MEMILIH PENGURUS HARIAN yang berfungsi sebagai koordinasi antar anggota DMK
4. MENETAPKAN PROGRAM DEMA DI TINGKATAN KOTA

DEWAN MAHASISWA UNIVERSITAS / ST / AKADEMI / INSTITUT
1. BERISI PERWAKILAN DARI DEWAN MAHASISWA KAMPUS MELALUI MUSYAWARAH SUARA TERBANYAK (BISA DI GANTI JIKA MELANGGAR KESEPAKATAN)
2. BERISI PERWAKILAN ORMAS DI TINGKATAN UNIVERSITAS
3. MEMILIH PENGURUS HARIAN yang berfungsi sebagai koordinasi antar anggota DMK
4. MENETAPKAN PROGRAM DEMA DI TINGKATAN UNIVERSITAS

DEWAN MAHASISWA FAKULTAS / PROGRAM STUDI
1. BERISI PERWAKILAN DARI DEWAN MAHASISWA FAKULTAS MELALUI MUSYAWARAH SUARA TERBANYAK (BISA DI GANTI JIKA MELANGGAR KESEPAKATAN)
2. BERISI PERWAKILAN ORMAS DI TINGKATAN FAKULTAS
3. MEMILIH PENGURUS HARIAN yang berfungsi sebagai koordinasi antar anggota DMF
4. MENETAPKAN PROGRAM DEMA DI TINGKATAN FAKULTAS

DEWAN MAHASISWA JURUSAN
1. BERISI PERWAKILAN DARI DEWAN MAHASISWA JURUSAN MELALUI MUSYAWARAH SUARA TERBANYAK (BISA DI GANTI JIKA MELANGGAR KESEPAKATAN)
2. BERISI PERWAKILAN ORMAS DI TINGKATAN JURUSAN
3. MEMILIH PENGURUS HARIAN yang berfungsi sebagai koordinasi antar anggota DMJ
4. MENETAPKAN PROGRAM DEMA DI TINGKATAN JURUSAN

KOMITE KOMITE AKSI - UKM HIMPUNAN JURUSAN ORMAS DI JURUSAN KELOMPOK MINAT
STRUKTUR DEWAN MAHASISWA
(TAWARAN)






0 komentar: