Indonesia dalam cerita

. Kamis, 20 November 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks



Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyelenggarakan konferensi regional tentang revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (PKD) di Asia Tenggara. Pakar dari sebelas negara anggota dalam wilayah kerja WHO Asia Tenggara bertemu untuk menyepakati strategi mencapai millenium development goals (MDG) dan kesehatan bagi semua.

Pertemuan yang diadakan pada 6-8 Agustus ini dibuka Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Rabu (6/8), di Hotel Four Season, Jakarta, didampingi oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Konferensi Internasional Primary Health Care (PHC) di Alma Alta, Rusia, tahun 1978 melahirkan Deklarasi Alma-Alta yang jadi acuan pembangunan kesehatan masyarakat. Deklarasi ini dipicu ketimpangan status kesehatan antara berbagai daerah di suatu negara, serta antar negara. Mengingat pentingnya kesehatan bagi pembangunan sosial dan ekonomi, deklarasi ini menetapkan PHC sebagai pendekatan kunci untuk mencapai kesehatan bagi semua.

Setelah 30 tahun berlalu, dan bertepatan dengan hari jadi WHO ke-60, WHO menelaah kembali tentang bagaimana merevitalisasi PKD dalam upaya meningkatkan kesehatan dunia, utamanya bagi masyarakat miskin. Di Indonesia, PHC diadaptasikan sebagai pelayanan kesehatan dasar yang ditandai oleh penyediaan sarana kesehatan seperti puskesmas, posyandu dan pos pelayanan kesehatan desa.

Selain diskusi, konferensi itu juga diisi dengan sesi yang menghadirkan tiga pembicara utama yaitu Direktur Jenderal Emiritus WHO Dr Halfdan Mahler yang 30 tahun lalu memulai gerakan Kesehatan Bagi Semua, Dr Amprn Nondasuta, perintis PKD di Thailand yang sekarang menjabat sebagai President Foundation for Quality of Life, serta mantan duta khusus PBB untuk Sasaran Pembangunan Milenium di Asia Pasifik Erna Witoelar.

Pertemuan ini akan membahas masalah-masalah yang dihadapi negara-negara anggota dalam mencapai tujuan kesehatan nasionalnya, di samping tujuan MDG. Diskusi akan berfokus pada bagaimana menurunkan kesenjangan yang terjadi dengan memperkuat kesehatan di negara anggota. WHO melakukan advokasi PKD yang efektif, aman dan berkualitas melalui sistem kesehatan, setiap saat dan di mana saja pelayanan dibutuhkan, tanpa menyia-nyiakan sumber daya.

Direktur WHO Kawasan Asia Tenggara Dr Samlee Plianbangchang menyatakan, pelayanan kesehatan dasar berpegang teguh pada nilai-nilai sosial yakni kesetaraan dan keadilan sosial. Kesetaraan adalah nilai yang paling penting, tidak hanya bagi sektor kesehatan, tetapi juga bagi sektor lain yang memengaruhi kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, geografis dan jender.

Menteri Kesehatan menambahkan, berbagai tantangan kesehatan kini dihadapi masyarakat, di antaranya penyakit menular baru dan yang kembali bermunculan, kedaruratan kesehatan masyarakat, perubahan iklim, serta krisis energi dan pangan.

"Satu hal pasti, rakyat miskin paling dirugikan dan upaya menuntaskan kemiskinan jadi makin sulit. Situasi ini memerlukan pemimpin kuat yang dapat menetapkan kebijakan dan mewujudkannya dalam aksi nyata secara komprehensif pada sektor kesehatan," ujarnya.

0 komentar: