SAATNYA KEKUATAN MAHASISWA BERSATU

. Kamis, 20 November 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks


SAATNYA KEKUATAN MAHASISWA BERSATU

Perjuangan Gerakan mahasiswa Mei 98’ dan gerakan rakyat untuk membangun Demokratisasi di Indonesia kembali dikhianati oleh penguasa. Perjuangan tersebut mengalami kegagalan karena dalam realitasnya, demokatisasi sekarang ini di bungkam sendiri oleh penguasa. Selama 32 tahun bangsa kita dikuasai oleh Rejim Diktator Soeharto yang korup dan Anti Kritik menjadi alasan berjuangnnya mahasiswa dan rakyat untuk menghancurkan Rejim Orde Baru. Benarkah turunnya Soeharto berarti Tumbangnnya Orde Baru ?
Ternyata tidak! Sebab di era reformasi ini cara-cara lama seperti teror,represif dan tuduhan melanggar hukum/ketertiban setiap perjuangan demokrasi masih di praktekkan oleh pemerintahan baru. Bahkan Perguruan Tinggi (kampus), yang kita percayai sebagai tempat paling aman mendiskusikan Nasib Rakyat Kecil yang di tindas justru menjadi tempat bersarangnya penguasa (birokrasi) yang diktator. Ini membuktikan bahwa kekutan lama tetap berkuasa dan menindas.
Mahasiswa yang sadar pentingnnya demokratisasi pendidikan mulai melakukan perjuangan di kampus-kampus. Kita tentu masih ingat dengan Aksi Mogok Makan Revolusi Kampus di Pintu Satu UNHAS yang mendapat teror dari Birokrasi dan aparat, juga Aksi Mahasiswa UI, dan UBK yang menuntut SPP murah, dihadapi dengan skorsing dan pemecatan mahasiswa, serta aksi kawan-kawan ITB yang menolak Swastanisasi kampus dan intervensi birokrat terhadap kegiatan kemahasiswaan. Semua itu adalah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memperjuangkan demokratisasi dan ketertindasan yang dialami di kampus.
Rabu Tanggal 26 September 2001, kawan-kawan mahasiswa Politeknik Neg. Makassar yang unjuk rasa dan berusaha melakukan dialog dengan Direktur (birokrasi) menuntut Transparansi Pengolahan Dana Keuangan POLTEK karena dirasa biaya SPP yang naik tiap tahunnya, dibalas dengan Pemecatan (DO) dua orang Mahasiswa; Haekel (Ketua BEM POLTEK) dan Asdar (Pengurus DEMA), skorsing 7 orang dan 45 mahasiswa lainnya yang belum jelas nasibnya. Represif dan tindakan-tindakan seperti ini makin membuktikan bahwa perjuangan dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia memang selalu di hambat dan memperoleh tantangan dari kelompok-kelompok pro status quo yang dengan berbagai cara berusaha untuk membungkam suara-suara kritis yang memperjuangkan demokrasi. Peristiwa ini menjadi pelajaran dan semakin mengingatkan kita perlunya membangun kekuatan mahasiswa yang bersatu melawan tirani di kampus-kampus. Sebab pemecatan terhadap mahasiswa yang kritis akan kembali mereka praktekkan jika kita mahasiswa tidak melawannya secara bersama.
Mari bersatu bangun solidaritas untuk mendukung perjuangan kawan-kawan Mahasiswa Poltek dan bersama menolak Skorsing dan Pemecatan Mahasiswa(DO) Poltek. Mari bangun solidaritas, sebab apa yang di alami kawan-kawan mahasiswa poltek saat ini merupakan persoalan kita semua di kampus kita masing-masing. Pejuangan yang kita lakukan tanpa melihat nama kampus, warna jas almamater sebab tujuan perjuangan kita sama, yaitu membangun demokratisasi di Indonesia. Mari menuju Satu kampus Milik Bersama..Tanpa Batas-Tanpa Penindasan.

Solidaritas Mahasiswa Anti Pendidikan Represif (SMAPER)
Bangun Kekuatan Mahasiswa, lawan hegemoni birokrat kampus.!!!!

















SAATNYA KEKUATAN MAHASISWA BERSATU

Perjuangan Gerakan mahasiswa Mei 98’ dan gerakan rakyat untuk membangun Demokratisasi di Indonesia kembali dikhianati oleh penguasa. Perjuangan tersebut mengalami kegagalan karena dalam realitasnya, demokatisasi sekarang ini di bungkam sendiri oleh penguasa. Selama 32 tahun bangsa kita dikuasai oleh Rejim Diktator Soeharto yang korup dan Anti Kritik menjadi alasan berjuangnnya mahasiswa dan rakyat untuk menghancurkan Rejim Orde Baru. Benarkah turunnya Soeharto berarti Tumbangnnya Orde Baru ?
Ternyata tidak! Sebab di era reformasi ini cara-cara lama seperti teror,represif dan tuduhan melanggar hukum/ketertiban setiap perjuangan demokrasi masih di praktekkan oleh pemerintahan baru. Bahkan Perguruan Tinggi (kampus), yang kita percayai sebagai tempat paling aman mendiskusikan Nasib Rakyat Kecil yang di tindas justru menjadi tempat bersarangnya penguasa (birokrasi) yang diktator. Ini membuktikan bahwa kekutan lama tetap berkuasa dan menindas.
Mahasiswa yang sadar pentingnnya demokratisasi pendidikan mulai melakukan perjuangan di kampus-kampus. Kita tentu masih ingat dengan Aksi Mogok Makan Revolusi Kampus di Pintu Satu UNHAS yang mendapat teror dari Birokrasi dan aparat, juga Aksi Mahasiswa UI, dan UBK yang menuntut SPP murah, dihadapi dengan skorsing dan pemecatan mahasiswa, serta aksi kawan-kawan ITB yang menolak Swastanisasi kampus dan intervensi birokrat terhadap kegiatan kemahasiswaan. Semua itu adalah usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memperjuangkan demokratisasi dan ketertindasan yang dialami di kampus.
Rabu Tanggal 26 September 2001, kawan-kawan mahasiswa Politeknik Neg. Makassar yang unjuk rasa dan berusaha melakukan dialog dengan Direktur (birokrasi) menuntut Transparansi Pengolahan Dana Keuangan POLTEK karena dirasa biaya SPP yang naik tiap tahunnya, dibalas dengan Pemecatan (DO) dua orang Mahasiswa; Haekel (Ketua BEM POLTEK) dan Asdar (Pengurus DEMA), skorsing 7 orang dan 45 mahasiswa lainnya yang belum jelas nasibnya. Represif dan tindakan-tindakan seperti ini makin membuktikan bahwa perjuangan dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia memang selalu di hambat dan memperoleh tantangan dari kelompok-kelompok pro status quo yang dengan berbagai cara berusaha untuk membungkam suara-suara kritis yang memperjuangkan demokrasi. Peristiwa ini menjadi pelajaran dan semakin mengingatkan kita perlunya membangun kekuatan mahasiswa yang bersatu melawan tirani di kampus-kampus. Sebab pemecatan terhadap mahasiswa yang kritis akan kembali mereka praktekkan jika kita mahasiswa tidak melawannya secara bersama.
Mari bersatu bangun solidaritas untuk mendukung perjuangan kawan-kawan Mahasiswa Poltek dan bersama menolak Skorsing dan Pemecatan Mahasiswa(DO) Poltek. Mari bangun solidaritas, sebab apa yang di alami kawan-kawan mahasiswa poltek saat ini merupakan persoalan kita semua di kampus kita masing-masing. Pejuangan yang kita lakukan tanpa melihat nama kampus, warna jas almamater sebab tujuan perjuangan kita sama, yaitu membangun demokratisasi di Indonesia. Mari menuju Satu kampus Milik Bersama..Tanpa Batas-Tanpa Penindasan.

Solidaritas Mahasiswa Anti Pendidikan Represif (SMAPER)
Bangun Kekuatan Mahasiswa, lawan hegemoni birokrat kampus.!!!!





0 komentar: