penyebab gizi buruk

. Kamis, 20 November 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks



Penanggulangan Gizi Buruk

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan
secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang
anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar
anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang
sehat, cerdas dan produktif
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan
secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang
anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar
anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang
sehat, cerdas dan produktif.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat
kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan
perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu
unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development
Index ( HDI )..
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi
makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein.
Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan
energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 % ( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ).
Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung
meningkat. Di Kabupaten Purworejo sendiri dari hasil Pemantauan Status Gizi yang dilaksanakan setiap tahun
prevalensi gizi buruk meningkat terus yaitu dari 1,10 % ( 2001 ), 1,56 % ( 2002 ), 1,51 % ( 2003 ), dan 2,18 % ( 2004 ).
Sedangkan prevalensi gizi kurang 12,66 % ( 2001 ), 16,32 % ( 2002 ), 14,28 % ( 2003 ) dan 14,33 % ( 2004 ).
Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat
kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun. Hal ini
jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi
makanan dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan dengan penjaringan kasus, rujukan dan
perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain
yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk
menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat
mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi
kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih
banyak sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk belum
dapat ditekan secara bermakna. 2. Tujuan
Umum : Terlaksananya kegiatan penanggulangan balita gizi buruk tingkat Kabupaten, Puskesmas dan Rumah Tangga
Khusus :
1.1. Mengetahui kejadian dan jumlah balita gizi buruk
1.2. Memberikan pelayanan balita gizi buruk di puskesmas dengan baik
1.3. Mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian balita gizi buruk melalui wawancara dan pengamatan.
1.4. Meningkatkan status gizi balita gizi buruk.
1.5. Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan balita gizi buruk.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Penanggulangan Balita Gizi buruk dari tingkat Kabupaten, Puskesmas sampai tingkat Rumah Tangga.
Dalam Best Practice diuraikan tentang Prosedur Penjaringan Kasus Balita Gizi Buruk, Prosedur Pelayanan Balita Gizi
Buruk Puskesmas, Prosedur Pelacakan Balita Gizi Buruk dengan cara Investigasi, Prosedur Pelayanan Balita Gizi Buruk
di Rumah Tangga, Prosedur Koordinasi Lintas Sektoral dalam Upaya Penanggulangan Gizi Buruk.
BAB II
KERANGKA TEORI
1. MASALAH GIZI MAKRO
Masalah gzi makro terjadi pada setiap siklus kehidupan manuasia dimulai dari janin dalam kandungan, bayi anak balita
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 2
remaja dan dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan gizio pada siklus akan mempengaruhi
kejadian kekurangan gizi pada siklus berikutnya.
Bayi Baru
Lahir
BBLR ( 7-14% )
WUS dan Balita
Ibu Ham
KEK ( 21.5 % ) Gizi Kurang
( 24.6 % )
Anak Usia
Sekolah
Gangguan Pertumbuhan
( 36.3 % )
2. PENYEBAB MASALAH GIZI
Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak
langsung dipengaruhi oleh ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh
yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja. Oleh
karena itu keadaan gizi masyarakat merupakan manifestasi keadaan kesejahteraan rakyat.
MASALAH GIZI
Konsumsi Infeksi Penyebab
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 3
Zat Gizi Penyakit Langsung
Ketersediaan
Pangan Tingkat Perilaku / Yankes dan Penyebab
Rumah Tangga Asuhan Ibu Kesling Tdk Langs
Anak
KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH Penyebab
KETERSEDIAAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA Utama
KRISIS EKONOMI DAN POLITIK Akar
Utama
SUMBER DAYA ALAM
Dari berbagai penelitian tentang penyebab masalah gizi menyebutkan bahwa :
1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Pola pemberian ASI dan MP-ASI merupakan salah satu penyebab utama gangguan pertumbuhan pada balita ;
· Bayi yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah ( Purworejo = 48,89 % )
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 4
· Tidak semua ibu memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Hanya sepertiga ibu memberikan ASI pada hari pertama
setelah melahirkan.
· Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah kelahiran.
2. Interaksi ibu dan anak
Interaksi antara ibu dengan anak berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan perhatian
lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman, mendapat respon ketika berceloteh
dan mendapatkan makanan yang seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya
yang kurang mendapat perhatian orang tua.
3. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling terutama oleh petugas kesehatan
berpengaruh pada status pertumbuhan anak seperti ;
· Pemantauan berat badan balita di Posyandu
· Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bulan Februari dan Agustus.
· Kunjungan Neonatal
· Imunisasi pada bayi
4. Kesehatan Lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi
oleh penyakit infeksi. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat
( PHBS ) akan mengurangi penyakit infeksi.
5. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi
setiap anggota keluarga tidak terpenuhi.
3. PENGERTIAN DAN TANDA -TANDA GIZI BURUK
A. Gizi Buruk
Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/Unya – 3 SD dan mempunyai tanda-tanda klinis (
marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor )
B. Tanda-tanda klinis Gizi Buruk
Tanda-tanda Kwashiorkor :
1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus menerus.
4. Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
5. Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).
6. Pembesaran hati
7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement
dermatosis ).
10. Pandangan mata anak nampak sayu.
Tanda-tanda Marasmus :
1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
2. Wajah seperti orangtua
3. Cengeng, rewel
4. Perut cekung.
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit kronik.
7. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
Tanda-tanda Marasmus-Kwashiorkor :
Tanda-tanda marasmus – kwashiorkor merupakan gabungan tanda-tanda dari marasmus dan kwashiorkor.
BAB III
PELAKSANAAN BEST PRACTICE
Penanggulangan Balita Gizi Buruk yang telah dilakukan yaitu :
1. Penjaringan kasus balita gizi buruk
2. Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas
3. Pelacakan balita gizi buruk dengan cara investigasi
4. Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga
5. Koordinasi Lintas Sektor dalam upaya penanggulangan balita gizi buruk
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 5
1. PENJARINGAN KASUS BALITA GIZI BURUK
Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita gizi buruk
Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas
Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita gizi buruk melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda
klinis
Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita gizi buruk
2) Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang aman
3) Menanyakan tanggal / kelahiran anak
4) Menimbang balita
5) Mencatat hasil penimbangan
6) Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-NCHS
7) Mencatat nama balita menderita gizi buruk
8) Membuat laporan KLB ke DKK
Dokumen terkait :
1) Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di Rumah Tangga dan Puskesmas
2) Laporan bulanan kasus balita gizi buruk
3) Formulir penjaringan balita gizi buruk
4) Leaflet
Rujukan : Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di RT dan Puskesmas
2. PELAYANAN BALITA GIZI BURUK PUSKESMAS
Tujuan : Memberikan pelayanan balita gizi buruk di puskesmas dengan baik
Ruang lingkup : Puskesmas
Uraian umum : Balita gizi buruk adalah anak yang berumur 0-5 tahun yang BB/Unya – 3 SD standart WHO-NCHS
dan mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor )
Langkah-langkah kegiatan :
1) Identifikasi balita gizi buruk
2) Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis
3) Mengatasi hipoglikemi
4) Mengatasi dehidrasi
5) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
6) Mengobati infeksi
7) Pemberian makan
8) Pengamatan tumbuh kejar kembang
9) Tindak lanjut setelah sembuh
Dokumen terkait :
1) Laporan bulanan kasus balita gizi buruk
2) Leatlet gizi buruk
3) Diit balita gizi buruk
4) DPBM ( Daftar Penukar Bahan Makanan )
Rujukan :
1) Buku Tatalaksana Gizi Buruk Anak di Rumah Tangga dan Puskesmas
2) Penuntun Diit Anak
3. PELACAKAN BALITA GIZI BURUK DENGAN CARA INVESTIGASI
Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan kejadian balita gizi buruk melalui wawancara
dan pengamatan.
Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas
Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian gizi buruk melalui wawancara
dan pengamatan.
Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi rumah balita gizi buruk
2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan
3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner
4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan )
5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor.
6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi
7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau dirujuk ( ke Puskesmas )
8) Melakukan dokumentasi
Dokumen terkait :
1) Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di Rumah Tangga dan Puskesmas
2) Laporan bulanan kasus balita gizi buruk
3) Leaflet gizi buruk
4) Formulir pelacakan kasus balita gizi buruk
Rujukan : Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di RT dan Puskesmas
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 6
4. PELAYANAN BALITA GIZI BURUK di RUMAH TANGGA
Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita gizi buruk
Ruang Lingkup : rumah tangga
Uraian Umum :
1) Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan pada PMT Pemulihan
2) Gizi Buruk adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah ( BGM )
atau BB/ U –3 SD standart WHO-NCHS
Langkah-langkah kegiatan :
1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB
2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB
3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu
4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian ) PMT-P
5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun
6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita
7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi kesehatan
8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan
9) Memberikan PMT-Pemulihan
Dokumen terkait : Lembar balik / leaflet, KMS, Daftar Menu
Rujukan :
1) Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di Rumah Tangga
2) Penuntun Diit Anak
5. KOORDINASI LINTAS SEKTORAL DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BALITA GIZI BURUK
Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan balita gizi buruk
Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan Kecamatan
Uraian Umum :
1) Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan balita gizi buruk.
2) Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN, Depag, PKK, Camat
Langkah-langkah kegiatan :
1) Menyiapkan bahan rapat koordinasi
2) Membuat surat undangan
3) Mengedarkan surat undangan
4) Menyiapkan sarana dan prasarana
5) Menyampaikan masalah gizi buruk
6) Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja penanggulangan
7) Membuat notulen
8) Melaporkan hasil rapat
9) Umpan balik
Dokumen terkait : Laporan kasus balita gizi buruk
Rujukan : SK TIM SKPG ( Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi )
6. BAGAN ALIR PENANGGULANGAN BALITA GIZI BURUK
Bagan alir penanggulangan balita gizi buruk secara keseluruhan dapat dilihat di bawah ini :
Temuan Balita
Gizi Buruk Oleh
Masyarakat
Penjaringan
Laporan
Bidan Desa
Pelacakan
Kasus dg
Investigasi
Laporan
Kerjasama Puskesmas
Lintas
Sektor
Laporan
Koordinasi Kabupaten
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. PurworejoPowered by Mambo
Generated: 14 November, 2008, 13:38
Page 7
Tindak lanjut
Rumah Tangga Puskesmas Rumah Sakit
Pemberian Perawatan Perawatan
Makanan Gizi Buruk Gizi Buruk
Tambahan Tnp Komplikasi tnp Komplikasi /
( PMT ) dg Komplikasi
Berat
BAB IV
HASIL BEST PRACTISE
PENANGGULANGAN BALITA GIZI BURUK
Dengan dibuatnya prosedur penanggulangan balita gizi buruk dari tingkat Rumah Tangga, tingkat Kecamatan (
Puskesmas ) sampai tingkat Kabupaten didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Penjaringan kasus balita gizi buruk
Diketahui jumlah kasus balita gizi buruk dan gizi kurang masing-masing desa di 25 wilayah kerja puskesmas se-
Kabupaten Purworejo. Pada tahun 2004 jumlah bayi dan balita gizi buruk sebanyak 309 anak sedangkan jumlah bayi
dan balita gizi kurang sebanyak 1526 anak.
2. Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas
Semua kasus gizi buruk yang dirujuk mendapatkan pelayanan di puskesmas ( baik puskesmas dengan rawat inap
ataupun tanpa rawat inap maupun rujukan perawatan di Rumah Sakit Umum). Pada tahun 2004 ada tiga balita gizi buruk
tanpa komplikasi di rawat di Rumah Sakit Umum Purworejo dan mendapatkan bantuan terapi gizi pasca perawatan serta
satu balita mendapatkan bantuan untuk pemberdayaan keluarga.
3. Pelacakan balita gizi buruk dengan cara investigasi
Diketahui identitas responden ( data penderita ), keluarga, status kesehatan, kebiasaan makan dan lingkungan tempat
tinggal ( rumah ). Semua balita gizi buruk telah dilacak baik oleh Bidan Desa, Petugas Gizi Puskesmas maupun Petugas
Gizi Kabupaten
4. Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga
Semua balita gizi buruk di rumah tangga mendapatkan pelayanan gizi ( Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan /
PMT-P ) . Dari 309 bayi dan balita gizi buruk sebanyak 150 anak mendapatkan PMT-P susu dan sisanya mendapatkan
MP-ASI bubur dan MP-ASI biskuit.
5. Koordinasi Lintas Sektor
Diperoleh dukungan / kesepakatan dengan sektor terkait dalam penanggulangan balita gizi buruk. Pada tahun 2004
bekerjasama dengan Dinas Pertanian dalam penanggulangan balita gizi buruk dengan memberikan bantuan pangan
kepada keluarga miskin di kecamatan Bruno.
BAB V
PENUTUP
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilaksanakan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja, sehingga memerlukan dukungan lintas sektor.
Dinas Kesehatan sebagai fasilitator dan Puskesmas sebagai ujung tombak ( lini terdepan ) dalam pelayanan kesehatan
akan semakin diminati masyarakat apabila mampu memberikan pelayanan yang terbaik. Penanggulangan balita gizi
buruk di puskesmas sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan nantinya diharapkan dapat menurunkan prevalensi
balita gizi buruk dan mencegah munculnya gizi buruk baru. Dan pada akhirnya akan menentukan kualitas sumber daya
manusia.

0 komentar: